Selasa, 06 Januari 2009

Mekar Setelah Layu (CPNS part 3)


Pada bagian tiga artikel seri CPNS ini, anda akan menemukan kisah menegangkan yang saya alami. Perjalanan panjang berliku sang calon PNS dalam menyelesaikan pemberkasan. Sebuah kisah yang sederhana, namun sarat hikmah di dalamnya. Tidak ada rekayasa, dan tidak pula ada yang perlu ditutupi dari kisah ini. Silakan anda berkesimpulan setelah kisah ini. Sama seperti anda, saya pun mencoba menyimpulkannya pada bagian akhir tulisan ini.

Sedikit review ke belakang. Sebelum menulis artikel seri CPNS ini. Telah berulang kali saya menyarankan kepada pembaca setia BISNIS GURU untuk berfikir BISA pada setiap tujuan. Walaupun mungkin saja tujuan itu terlalu muluk untuk dicapai. Fokuskan pikiran pada tujuan. Bila memungkinkan minimal setiap satu jam 10 kali anda memikirkan tujuan anda tersebut . Dan rasakan hasilnya, sungguh luar biasa.


Maaf, dalam hal ini kita tidak perlu berbicara takdir. Karena kekeringan pemahaman tentang esensi takdir terkadang menjerumuskan kita pada kegagalan. Sangat banyak contoh orang yang bersembunyi di balik takdir untuk sekedar mengakui kegagalannya. Padahal sebenarnya hanyalah kedok agar ia terlepas dari tujuan hidup dan segala tanggung jawabnya. Untuk itu, pada kesempatan ini marilah kita melupakan takdir karena itu hak prerogatif Tuhan. Tidak ada hak kita untuk mencampurinya. Kita hanya dianjurkan untuk berusaha dan berdo’a. Dan yang terpenting selalu berpositif thingking terhadap semua rencana Tuhan.

Kenapa saya menulis seperti ini? Hal ini karena apa yang baru saja saya alami seolah mimpi. Tidak pernah terbersit dalam hati, tidak tersencana, bahkan seolah semuanya ada yang menggerakkan. Termasuk tubuh dan pikiran saya. Tidak biasanya orang Libra seperti saya berfikir secepat ini. Bahkan mungkin saya adalah tipe orang yang berfikir lama sebelum bertindak. Tapi sungguh, kali ini lain. Saya betul-betul merasa ada tangan Tuhan yang menggerakkan seluruh ritme perjalanan panjang ini. Adakah ini akibat dari Hukum Law of Attraction yang memang saya praktikkan? Ah, entahlah...tapi semoga saja iya.


Hari Yang Menegangkan Itu
Sebagaimana saya tuliskan pada artikel sebelumnya, hari itu Selasa tanggal 30 Desember 2008 adalah hari pertama masuk kantor setelah cuti bersama. Dengan perasaan campur aduk antara gelisah, ragu, menyerah dan nekad saya mencoba menata rencana hari itu. Masih ada empat berkas lagi yang harus saya selesaikan hari itu. Yaitu: Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), Surat Keterangan Sehat Jasmani Rohani, Surat Bebas Narkoba, dan legalisir ijazah SMA. Semuanya minimal harus saya selesaikan sebelum pukul 14.00 WIB agar tidak telat. Karena Depag Wilayah Palembang menunggu pengumpulan terakhir berkas CPNS hari itu hingga pukul 16.00 WIB. Sedangkan perjalanan antara tempat tinggal saya di Kab. OKU timur dengan Palembang adalah 4 jam.

Priorias pertama jatuh pada pengurusan SKCK. Secara prosedural alur pengurusan SKCK ini lumayan berbelit dan panjang. Setidaknya ada tujuh meja yang harus didatangi untuk membubuhkan tandatangan di berkas yang saya bawa. Di mulai dari RT-RW-Desa-Kecamatan-Koramil-Polsek dan terakhir Polres. Di Polres itulah SKCK akan diterbitkan. Mengingat panjangnya alur yang harus saya lalui, muncul rasa pesimis semua akan selesai hari itu. Berdasarkan pengalaman beberapa kawan, pengurusan SKCK minimal butuh waktu sehari. Demikian kalut pikiran saya antara meneruskan pemberkasan atau tidak. Akhirnya keputusan gamblinglah yang saya ambil, yaitu meneruskan saja proses ini. Apa pun yang akan terjadi nanti, yang penting saya tidak menyerah. Ada rasa bersalah dan malu pada Tuhan jika sampai saya menyerah. Bukankah kelulusan saya ini adalah anugerah Tuhan yang tidak diberikan pada semua orang. Ribuan orang yang harus menelan rasa kecewa karena gagal tes. Sedangkan saya yang lulus malah menyatakan mundur. Ah...betapa nistanya keputusan mundur itu. Dengan mundur berarti secara tidak langsung menutup peluang orang lain yang sebenarnya mampu menyelesaikan pemberkasan ini namun gagal tes.

Banyak kawan yang merekomendasikan untuk menggunakan sistem nembak saja untuk mengurus SKCK ini. Maksudnya memangkas prosedur dengan membayar sekian rupiah. Sempat ada keinginan menggunakan cara itu tapi suara yang berdering keras dtelinga mengatakan jangan. Memulai sesuatu yang baik dengan diawali yang tidak baik hasil akhirnya tetaplah tidak baik. Entah dari mana datangnya suara itu yang pasti suara itu mampu menggerakkan tubuh saya untuk bersusah payah menyusuri jalan ratusan kilometer untuk sekedar mencari selembar berkas bernama SKCK. Singkatnya tepat pukul 16.00 WIB SKCK itu selesai juga. Berarti berakhir pula waktu yang diberikan pihak Depag Palembang untuk mengumpulkan berkas. Berkali-kali saya menghubungi via telpon ke Depag untuk menanyakan masalah pemberkasan ini. Tapi hasilnya nihil, semua line telpon bernada sibuk. Di saat seperti itu, hanya do’a yang terucap semoga ada perubahan jadwal pengiriman berkas ke Jakarta.

Karena tidak mendapat informasi dari Depag, sekali lagi saya gambling untuk tetap meneruskan pemberkasan keesokan harinya (Rabu, 31/12/2008). Masih ada tiga berkas lagi yang harus saya selesaikan hari itu. Prioritas pertama jatuh pada pembuatan Surat Bebas Narkoba. Untuk membuatnya dibutuhkan tes urine yang memerlukan waktu setidaknya 2 jam. Jika rumah sakit buka pukul 07.30 WIB berarti saya harus berangkat dari rumah pukul 05.30 WIB. Mengingat jarak tempuh antara rumah dengan rumah sakit adalah 2 jam.

Singkat cerita, proses pembuatan Surat Keterangan Bebas Narkoba dan Surat Keterangan Sehat Jasmani Rohani berjalan sesuai rencana. Tepat pukul 10 WIB kedua surat itu sudah berada ditangan saya. Saat itulah saya mencoba mengontak lagi pihak Depag Palembang via sms untuk menanyakan keberangkatan ke Jakarta. Dan ternyata sms saya kali ini direspon. Isinya pemberitahuan bahwa pihak Depag akan segera terbang ke Jakarta, sekitar pukul 11.00 WIB. Mendapat balasan sms itu, seketika tubuh saya lemas. Dunia serasa mendadak gelap, pikiran mandeg dan entah apalagi. Karena jelas tidak mungkin saya bisa sampai di Palembang hanya dalam waktu satu jam. Ah, sudahlah...ini mungkin rencana Tuhan untuk saya. Yang pasti Tuhan telah tahu bahwa saya telah sungguh-sungguh berusaha dan tidak menyia-nyiakan anugerahnya.

Sebuah sms ucapan terimakasih atas informasi yang diberikan dan pernyataan akan berusaha lagi tahun depan saya kirimkan. Saya menganggap itu adalah sms terakhir saya untuk Depag. Tapi sungguh di luar dugaan. Pihak Depag langsung menelepon saya setelah saya kirim sms itu. Beliau (namanya Bu Icha) menyuruh (bahkan sedikit memaksa) saya untuk tetap membawa berkas itu ke Palembang. Beliau mengatakan, akan berusaha dibantu barangkali ada perubahan kebijakan dari Depag Jakarta.

Ibarat sekuntum bunga yang telah layu lalu mekar kembali, telepon dari Bu Icha membuat semangat saya bangkit kembali. Hanya satu yang saya pikirkan waktu itu, yaitu semoga betul-betul ada perubahan kebijakan atau penundaan pengiriman berkas ke Jakata. Bergegas saya meluncur ke Palembang setelah melegalisir ijazah di Diknas OKU Timur. Selama empat jam perjalanan dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam do’a mohon keselamatan dan kemudahan selalu saya lantunkan. Bukankah hanya Tuhan yang mampu merubah semua yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dan membolak-balikkan hati setiap hambanya.

Pukul 16.00 WIB sampailah juga saya di Depag Palembang. Begitu menemui Bu Icha (Biro Kepegawaian) sungguh saya terkejut luar biasa. Kembali tubuh saya lemas, dan pikiran kalut. Jauh-jauh saya ke palembang hanya mendapatkan keterangan bahwa berkas telah diberangkatkan ke Jakarta tadi siang pukul 12.00 WIB. Rencana apa lagi ang Tuhan gariskan untuk saya?

Entah apa yang ada di pikiran Bu Icha waktu itu. Beliau kemudian menyarakan (sedikit membujuk) agar saya menyusulkan berkas ke Depag Jakarta. Karena sangat sayang jika saya harus mundur dan mengulang tahun depan. Iya kalau lulus, kalau tidak?. ”Banyak yang ingin lulus CPNS ini lho Mas, bahkan menawarkan uang puuluhan juta. Tapi kami tidak bisa, semuanya sudah diatur dari Pusat. Nama Mas Umar juga sudah terdaftar di BKN jadi tinggal nyerahkan berkasnya saja”, begitulah kata Bu Icha.

Tanpa membuang waktu lagi. Keputusan singkat darurat dan terkadang saya pikir tidak masuk akal saya buat. Saya akan berangkat menyusul ke Jakarta saat itu juga. Bu Icha pun segera menyelesaikan semua administrasi yang saya gunakan di Jakarta nanti. Setelah itu meluncurlah saya ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Setengah jam berikutnya saya sudah sibuk mencari pesawat yang akan ke Jakarta. Dan ketemulah pesawat Linus Airways, dengan tarif lumayan untuk ukuran saya. Ini adalah pesawat kecil dan mungkin termurah di situ. Tapi tetap saja mahal karena semua tarif dinaikkan hari itu mengingat menjelang malam tahun baru dan libur tahun baru.

Sampai di sini apakah anda berpikir saya biasa naik pesawat dan mempunyai uang banyak saat itu. Jika itu yang anda pikirkan, salah total kawan. Itu adalah pertamakalinya saya merasakan naik pesawat dengan uang .....


Ah, bersambung edisi berikutnya saja ya.....
Akhir Perjalanan Panjangku Ternyata... (CPNS part 4)


Mutiara Hikmah
Ada makna dibalik setiap peristiwa. Jalanilah semua dengan ikhlas. Dan berprasangka baiklah pada-Nya.
Sesungguhnya Pada Setiap Kemudahan ada Kesulitan. Dan Pada Setiap Kesulitan ada Kemudahan. Inna Ma’al ’Usri Yusro.



Salam Istimewa!

12 komentar:

  1. Wah sedang tegang2 baca...harus nunggu seri berikutnya he he ditunggu yah

    BalasHapus
  2. curhat ni yeee...

    tapi kan.. bersambung mas.. jadi bete deeehh

    BalasHapus
  3. Hah masih ada seri selanjutnya? wah pokoke ta tunggu deh...

    BalasHapus
  4. Tu kan bersambung lagi..wow blognya wajah baru ya..

    Mas Kalo kejakarta tuh bilang2..tar ta anterin mubeng-mubeng keliling jakarta..kita kan udah sohib..call via hp dong..

    Ada yang baru di Blog Mas Wawan (pinjam istilah MasHengky)
    http://wawanpurnama.com/2009/01/07/copywriting-bernilai-jutaan-rupiah-bahkan-lebih/

    BalasHapus
  5. @ Rezki Handoyo
    Tenang saja Mas, CPNS part sudah bisa dinikmati besok (8/1) pukul 03.00 WIB.

    @ Mashengky
    Sory Mas Hengky, sedari awal emang disengaja ini edisi curhat, hehehe...Walaupun begitu pembaca dapat memetik manfaat kok dari kisah nyata ini. Thanks kunjungannya.

    @ Bagus Zen
    Jangan kaget gitu ah Mas Zen. Kisahnya masih panjang. Kira-kira 3 edisi lagi (CPNS part 6)baru selesai. Tapi setelah edisi 4 istirahat dulu.

    @ Wawan Purnama
    I'm sory prenz, kemarin serba mendadak banget. Makanya sempat jadi gelandangan juga di Kota Metropolitan Jakarta, hiks. Simak ya kisahku selama di Jakarta dalam ...CPNS Part 4.

    BalasHapus
  6. harus nunggu lagi ya mas.. dibuat mini seri bagus nih mas.. sukses selalu ya....

    BalasHapus
  7. Waah mas umar nulis artikelnya kaya sinetron aja...bersambung terus, sampai berapa episode mas ? sekarang aja udah yg ke 3 nih...

    Pastinya bisa di ajukan ke salah satu stasiun TV nih buat ditayangin..hehehe

    Salam sukses, udah jadi PNS

    BalasHapus
  8. waduh bersambung..jadi gak sabaran pengen liat cerita akhirnya..moga2 aja cerita akhirnya menyenangkan..

    sukses selalu ya mas umar

    BalasHapus
  9. @ Zamahsari
    Ya mas Zam, satu edisi lagi untuk sesion 1 ini, dua edisi berikutnya sesion 2. Gimana, udah bete? hehehe...

    @ JPurnomo
    Semuanya ada enam edisi Mas Pur.
    Hahaha...makanya ini sekalian latihan jadi sineas.
    Sukses juga buat Mas Purnomo.

    @ Yanuar
    Makanya Mas Yanuar, biar tahu endingnya. Silakan dipelototin besok. ocrex!
    Sukses juga buat Mas Yanuar.

    BalasHapus
  10. Iya nih, makanya jadi males ikut CPNS...
    cuz ada persyaratan tambahan..minimal nyumbang Rp. 40 juta..he3..

    BalasHapus
  11. bener2 menegangkan dan banyak hikmah yg bisa diambil :D

    BalasHapus
  12. @ Trik Yuwie
    Wah, kalo nyumbangnya segitu mending buka warung Mas!


    @ Aruta
    Semoga bermanfaat Mas Aruta.

    BalasHapus