Artikel ini masih ada ada hubungannya dengan artikel sebelumnya. Pada artikel sebelumnya, saya menganjurkan Anda untuk mengefektifkan mesin pendongkrak bisnis Anda yang terbukti sangat ampuh, yaitu sedekah. Anda dapat menyimak beberapa bukti dari kawan-kawan bisnis saya, selain itu juga dapat membaca komentar-komentar dari pengunjung yang hampir semuanya punya kisah masing-masing seputar sedekah. Saya rasa itu sudah lebih dari cukup bagi Anda untuk segera memulai bersedekah jika belum, dan konsisten bersedekah jika sudah.
Kali ini, saya akan memberikan satu tips lagi berkaitan dengan urusan bisnis. Tips Ini bukan pendongkrak bisnis Anda sebagaimana sedekah, melainkan mengunci sistem bisnis Anda agar tetap aman dan stabil. Kalaupun toh nanti ternyata bisnis Anda justru ikut terdongkrak juga, anggap saja itu sebagai efek positif. Dan terimalah itu sebagai berkah bagi Anda. Tapi saya lebih yakin kalau terdongkraknya bisnis Anda itu bukan karena tips ini tetapi lewat sedekah yang sudah Anda keluarkan.
Oke, sepertinya tidak perlu bertele-tele lagi segera klik continue reading di bawah ini!
Royal dalam Urusan Sedekah
Saya tertarik dengan komentar Mas Ferdian Adi pada artikel sebelumnya. Tertegun saya membacanya, walaupun itu bukan pengalaman pribadi tapi nilai edukasinya sangat dalam. Dan saya sepakat bahwa dalam urusan sedekah Anda jangan terlalu pelit, dan tidak usah memperhitungkannya. Semakin banyak Anda bersedekah itu semakin baik bagi Anda.
Contoh memperhitungkan sedekah itu misalnya begini:
Hari ini Anda berniat akan berinfak di kotak amal yang ada di masjid-masjid. Uang yang akan Anda infakkan sebesar Rp 10.000,- . Karena mungkin tidak terbiasa, muncul pikiran pelitnya. Wah, kok sepertinya kebanyakan deh sepuluh ribu. Lima ribu saja kan cukup, jadi yang lima ribu bisa untuk ngenet di wartel nanti sore, lumayan kan.
Ingat, pikiran ini akan selalu muncul jika Anda tidak terbiasa bersedekah. Apalagi Anda yang biasa berbisnis. Uang Rp 10.000,- tentu sangat berarti bagi Anda. Pesan saya, mulailah sedekah dengan nominal kecil dulu. Setelah yakin pikiran-pikiran pelitnya hilang, barulah menambah nilai nominal sedekah Anda dengan yang lebih besar. Yang perlu Anda tahu bahwa sedekah itu yang penting justru pada kadar keikhlasannya. Nilai sedekah Anda akan memberi efek balik setelah Anda betul-betul ikhlas . Jadi bagi Anda yang sudah bersedekah tapi kok belum memberi efek balik, tolong lebih ikhlas lagi. Anda sudah tahu ikhlas bukan? Gampangnya seperti Anda (maaf) ”buang hajat”, pasti Anda betul-betul ikhlas melakukannya bahkan mungkin berangkatpun sambil berlari. Namun setelah selesai menunaikannya, saya yakin tidak ada satu orang pun dari Anda yang berkeinginan mengingat-ingat lagi apa yang sudah Anda keluarkan itu. Nah, usahakan seperti itu keikhlasan Anda dalam bersedekah.
Jadi, dalam urusan sedekah usahakan Anda berlaku royal. Jika Anda royal dalam sedekah, yakinlah Allah SWT juga akan royal mengalirkan kran rizki-Nya kepada Anda. Sebaliknya jika Anda pelit dalam urusan sedekah, bersiap-siaplah kran rizki Anda pun akan dikecilkan, bahkan disumbat oleh-Nya.
Pelit dalam Urusan Bisnis
Nah, ini kebalikan dari sedekah di atas. Kali ini saya sangat-sangat menganjurkan Anda berlaku pelit dalam urusan bisnis. Pada komentar-komentar saya di blog kawan-kawan juga sering saya katakan bahwa Bisnis Is Bisnis. Artinya apa? Jika Anda bertekad serius berbisnis, tidak ada nilai tawar bagi Anda selain harus berlaku pelit. Anda terkejut dengan statemen saya? ah...semoga Anda mengerti setelah membaca yang berikut:
Saya mengenal teknik pelit ini setelah membaca buku berjudul Membuka Toko karya Frans M.Royan. Anda bisa mendapatkan buku tersebut di toko-toko buku, kalau masih ada. Bukunya ukuran kecil dan harganya di bawah Rp 30.000,- namun ilmunya sungguh luar biasa. Mungkin sudah ada sepuluh kali saya membaca buku tersebut karena sangat kayanya ilmu bisnis yang terkandung di dalamnya. Termasuk tentang ilmu pelit ini.
Di dalam buku tersebut ada dua bab khusus yang berjudul Belajar Sukses dari Etnis Tionghoa (maaf tidak ada maksud rasialis). Anda tahu sendiri kan bagaimana trend bisnis etnis Tionghoa di Indonesia. Rata-rata menunjukkan sukses besar, dan rata-rata bermula dari toko keluarga. Kenapa mereka bisa sesukses itu? Di buku tersebut di uraikan tips-tipsnya dalam dua bab khusus, salah satunya adalah Meminta Kembalian Walaupun Cuma Satu Sen. Hah, satu sen aja diminta, uedan tenan! Maaf, yang ini gaya bicara orang kita yang sendiko dawuh saja ketika membeli sesuatu lalu kembaliannya dikasih permen.
Satu sen atau satu rupiah bagi pebisnis Tionghoa sangatlah berharga. Tapi percayakah Anda dari satu rupiah demi satu rupiah yang mereka kumpulkan justru mengamankan kondisi keuangannya. Sekali lagi jangan pernah berfikir mereka pelit, mereka hanya meletakkan mindset bisnis yang benar, yaitu Bisnis Is Bisnis.
Nah, strategi pelit itulah yang harus Anda tanamkan dalam mindset Anda ketika berbisnis. Saya pun juga demikian. Makanya, ketika Mas Agung Jatnika dalam artikel saya yang berjudul Bisnis Pulsa Ternyata Menguntungkan Lho!, menyindir kenapa Nyokap juga harus beli pulsa yang saya jual, saya sudah mengukur sejauh mana efektifitas beli itu bagi bisnis saya. Dan sudah saya jelaskan kepada Mama bahwa ini demi kelangsungan bisnis pulsa saya, dan beliau cukup mengerti itu. Sekedar mengulang jawaban kemarin, bahwa jangankan Mama, saya pun ketika butuh pulsa juga tetap dihitung pembelian, dan tetap melakukan pembayaran walaupun kas keuangan saya sendiri yang memegangnya.
Mengenai tata cara bisnis semacam ini juga saya pelajari dari bos saya dulu sewaktu masih bekerja di restoran. Ketika beliau atau anggota keluarganya makan di restorannya itu, selalu berlaku seperti pengunjung biasa. Setiap makanan yang ia pesan selalu dibayarnya di kasir. Pertama agak heran saya kenapa bisa begitu. Bukankah ini restoran milik dia, kenapa mesti membayar segala, bukankah bisa saja tinggal pesan makanan sepuasnya setelah kenyang langsung ngacir. Oh, setelah mengetahui rahasianya, saya baru tahu bahwa di bisnis pribadi pun kita tetap harus berhitung agar tidak terjadi masalah kas keuangan.
Jadi, jika Anda ingin bisnis Anda tetap langgeng dan cepat berkembang jangan pernah beri toleransi pada hal-hal yang bisa mengganggu kondisi keuangan bisnis Anda. Misalnya, menggunakan aset/modal untuk kepentingan sendiri yang tidak produktif, memberi toleransi terlalu lama terhadap hutang, tidak melakukan pembukuan secara rapi, dan lain sebagainya.
Oke, mudah-mudahan artikel ini dapat bermanfaat bagi Anda. Anda pun boleh berbeda pendapat dengan saya. Silakan saja tuangkan argumen Anda pada kolom komentar di bawah artikel ini. Terimakasih!
Salam Istimewa!
wedew...!! pertamax lagi... oya pak guru, ni malam ini aq lounching blog iklan gratis, pengen jadi yg pertamax gk...?? kunjungi http://i.mr-mung.com
BalasHapusYap artikelnya sangat bermanfaat.
BalasHapus================================
Segala sesuatunya harus dengan penuh perhitungan.
karena memang prinsip ekonomi harus selalu diterapkan
dalam setiap langkah kita.(nah yang ini bukannya ilmu pelit but ilmu kudu).
================================
salam sukses buat pa guruku.
blog rekan bisnis | rekanbisnisku.co.cc
Saran saya sih :
BalasHapus1. Pisahkan keuangan bisnis dengan keuangan pribadi
2. Kalau berinfak, lakukan secara konsisten dan istiqomah. Buat program simpel seperti Rp.1000/hari. Ntar di akhir bulan (30ribu) disumbangin. Inget... yg terpenting istiqomahnya. Jangan ngumpulin langsung 30ribu di akhir bulan.
3. Saya sepakat dengan mas Umar. Kalau bicara soal bisnis, must be profesional. Dan.. HARGAI SETIAP RUPIAH YG ANDA MILIKI (termasuk 100rupiah).
Terima kasih mas Artikelnya, Saya setuju yang Mas Katakan :
BalasHapus"Dalam urusan sedekah usahakan Anda berlaku royal. Jika Anda royal dalam sedekah, yakinlah Allah SWT juga akan royal mengalirkan kran rizki-Nya kepada Anda. Sebaliknya jika Anda pelit dalam urusan sedekah, bersiap-siaplah kran rizki Anda pun akan dikecilkan, bahkan disumbat oleh-Nya"
Nb : Saya juga lagi coba buat iklan gratis, Mas bisa klik http://halteiklan.com (ditunggu iklannya ).
Have a nice weekend.
Semangat Sukses.
Benar mas..., bisnis adalah bisnis. Mangkanya kudu dipisahin juga antara uang "bisnis" dan uang "harian non bisnis". jangan dicampur karena dapat menggangu cashflow bisnis atau sebaliknya.
BalasHapus@ Mr-Mung
BalasHapusHebat mister!
Semakin hari ACTION-nya semakin luar biasa. Selamat ya!
@ Rekanbisnisku
Oke deh Mas Dadang, Ilmu KUDU, hehehe...
@ Arief Maulana
Tiga saran dari Mas Arief semoga membuat kita semakin matang menjalani bisnis ini. Terimakasih ya Mas! Mas Arief memang motivator muda luar biasa.
@ Iwan Epianto
Salut deh buat Mas Iwan sudah buat web khusus iklan. Jadi semakin ramai nih dunia periklanan online. Selamat juga ya!
@ Hade
Memang seharusnya begitu Mas Hade. Ini agak tidak sinkron sih dengan budaya kita tapi kenapa tidak untuk terbuka pada hal-hal yang berefek positif.
Salam Istimewa!
tipsnya perlu lebih disebarluaskan neh..
BalasHapusslam kenal aja
Tentang toleransi dan lain-lain, Ini penyakit yang sulit mas (disiplin pada diri sendiri). Obatnya ya sama diri kita sendiri. Ga ada obat lainnya. Tapi kalau mau usahanya sukses, ya belajar "pelit" seperti yang Mas Umar Maksud..
BalasHapusSIPLDSIN..
DIPLSINI..
DISIPLIN !! susah bener sih DISIPLIN..!!
Tulisan yang tajam..
Sedekah dan bisnis adalah dua kutub yang berbeda. Orang bijak bilang, jangan kau hitung berapa uang yang telah kau habiskan untuk bersedekah. Tapi hitunglah berapa uang yang kau terima dalam berbisnis walau hanya 1 rupiahpun.
BalasHapusOh ya, koment Mas Umar dalam blognya Mas Joko saya jadikan truckback. Silahkan dilihat. Makasih ya inspirasinya.
Betul mas.. namun ya itu, prakteknya memang susah. Sekedar contoh: seumpama mas punya toko, kemudian saudara mas datang dengan 2 anak balita (datangnya sih gak tiap hari, tapi seminggu sampai 10 hari pasti datang). Sebagai saudara tentu mas ingin bersedekah, namun sebagai pebisnis mas harus profesional. Jadi harus beli klo anaknya pingin ini itu. Ayo pilih yang mana????
BalasHapus@ Mel
BalasHapusSalam kenal juga Mel. Terimakasih kunjungannya, dan saya tunggu kunjungan dan komentar anda berikutnya.
@ Wawan Purnama
Saya sangat menyadari ini hal yang sulit karena bertabrakan dengan budaya dan kebiasaan bangsa kita yang mendarah daging. Pertanyaannya, apakah kita mendukung perubahan atau antiperubahan?
Apakah jika eyang kita petani, orang tua kita petani, terus kita juga harus jadi petani, anak kita juga petani, cucu kita juga wajib jadi petani, dan seterusnya. Apakah demikian?
@ Sumartono
Siapakah orang bijak yang anda maksud Mas Sumartono? Saya merasa orang bijak itu bisa anda mulai dari diri anda. Sehingga anak anda dan keluarga anda bisa mengambil contoh dari orang yang paling dekat di sisinya yaitu anda, dan bukan si orang bijak yang jauh dari negeri antah barantah sana. Sepakat Mas?
Btw, terimakasih trackbacknya. Artikel tersebut sangat bagus terutama bila dibaca oleh newbie.
@ Zamahsari
Pertama harus saya tegaskan sekali lagi kepada anda bahwa pada tahap awal, praktiknya memang lumayan sulit. Alasannya sudah saya paparkan sebelumnya.
Selanjutnya, Mas Zamahsari sepertinya perlu sedikit lebih jeli untuk membedakan antara sedekah dan bisnis. Yang perlu di garisbawahi dan supaya tidak terjadi mindunderstanding adalah: TIDAK ADA SEDEKAH DALAM BISNIS dan TIDAK ADA BISNIS DALAM SEDEKAH. Masing masing punya koridor sendiri.
Lalu untuk kasus yang anda munculkan tersebut saya sangat senang menyimaknya, karena itu sangat realistis terjadi dalam bisnis keluarga. Namun anda tidak perlu bingung, karena menurut saya itu sudah masuk pada wilayah bisnis. Karena anda sedang bersentuhan dengan aset/modal bisnis anda. Jika anda melepas satu item produk saja tanpa ada proses transaksi maka itu berarti awal pertanda buruk bagi bisnis anda. Saya yakin itu akan berulang, dan jika benar berulang alamat bisnis anda akan stagnan atau malah bangkrut.
Oke, karena ini wilayah bisnis maka pertahankan stabilitas cashflow bisnis anda. Dan solusi dari saya adalah sebagai berikut:
Silakan anda menjamu selayaknya untuk keluarga anda tersebut. Silakan anda mengambil produk-produk bisnis anda untuk digunakan dalam perjamuan tersebut. Kalau dia minta permen ya berilah permen, pokoknya sepantasnyalah. Bahkan mungkin anda bisa lebih royal agar terkesan tidak pelit. Namun, setelah ia pulang, PR besar bagi anda adalah membayar semua produk yang telah anda suguhkan tersebut. Ingat, uang yang anda bayarkan adalah uang pribadi anda sendiri. Dengan begitu tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi selain uang di dompet anda sedikit berkurang untuk nombo'i saudara anda tersebut. Dan untuk yang ini, anggap saja sebagai sedekah. Jadi harus ikhlas, oke!
Salam Istimewa!
Itu memang terjadi saat saya punya bisnis klontong mas.. Memang sih gak sempat njlimet ngitungnya, saya anggap aja yang saya berikan itu shodaqoh untuk saudara saya meskipun itu barang toko. Dari perhitungan bisnis mungkin rugi tapi semoga menjadi amal baik.
BalasHapusuntuk poin sedekah memang terkadang orang masih pelit karena saya sering memantau ketika jumatan banyak yang tidak isi kotak amal. mereka ingin sebuah rumah bagus di surga tapi tak mau keluar modal ... he, he, he
BalasHapusuntuk poin ke dua saya sering ngedumel pada tetangga yang datang beli belanjaan di kios saya tapi uang nya kurang ... lalu ngutang, dan melupakan utangnya, enak aja kita telah menguras waktu fikiran dan tenaga untuk menghidupi usaha mereka datang ngemplang.
salam sukses
Endro Sunoto, SP
Ingin ngga pelit dalam sedekah ingat ini :
BalasHapusHarta yg kita miliki saat ini adalah titipan Allah. Justru harta sesungguhnya yg kita miliki adalah yg kita shodaqohkan di jalan Allah.
setiap harta yang kita miliki ada hak fakir miskin
BalasHapusblog rekan bisnis | rekanbisnisku.co.cc
@ Zamahsari
BalasHapusSebenarnya tidak ada usah dibedakan apakah itu bisnis kelontong atau Perseroan Terbatas. Bila disebut bisnis maka semua harus menggunakan kalkulasi bisnis dan pembukuan. Hanya saja memang budaya kita yang tidak terlalu "ngreken" masalah ini akhirnya ya begitu-begitu saja.
Padahal kita tahu sendiri kan, bisnis etnis Tionghoa rata-rata bermula dari toko keluarga/kelontong itu. Tapi toh bisnis mereka bisa berkembang dengan baik.
@ Endro Sunoto
Hahaha....separah itu ya ternyata realita budaya sedekah di negeri kita. Masya Allah...
Mengenai hutang sepertinya Mas Endro sedang membahasnya di artikel terhangat nih. Segera meluncur aahhhh...
@ Arief Maulana
Yup, setuju banget Mas Arief. Kata Mas Hengky ini masalah mindset.
@ Rekanbisnisku
Nah loh, gimana tuh! kalo sedekah itu tidak kita keluar-keluarkan berarti kita sedang merampas dan menikmati hak fakir miskin yang kebetulan dititipkan melalui harta kita. Hati-hati lho!
Salam Istimewa!
jgn prnah brhtung untk mmbrikan sdekah, krena Allah pun tdak prnha brhtung dlam mmbrikan amal kpda kita...
BalasHapusYup! Wlpun bisnis sndri ttep dbyar pke uang kita jga... artikelnya oke bgt
Bisnis itu matematis bisa dihitung nilainya sedangkan sedekah/amal/ibadah itu urusan keyakinan kita kepada Tuhan, jadi nggak bisa dihitung
BalasHapusDalam pandangan saya, bisnis dan sedekah adalah dua hal yang saling melengkapi. Dengan menjalankan bisnis secara profesional dan memberikan sedekah dengan penuh keikhlasan maka akan diperoleh hasil yang luar biasa.
BalasHapusBener banget tulisan ini...... Jadi ingat sahabat nabi yang ketika memimpin, ia benar-benar tak amu mencampurkan urusan pribadi dengan negara. Bahkan ia matikan lampu yang pakai minyak negara, ketika ngobrol dengan anaknya......
BalasHapusPelit yang baik ya seperti itu!!!! Hebat tulisan ini..... hueheuhue......
Jadi ingin menulis mengenai hal yang sama aku...... huhuehuehueh......
@ Ardy Pratama
BalasHapusBenar sekali Mas Ardy
@ Rezki Handoyo
Sepakat Mas Rezki. Thanks kunjungan dan komennya.
@ Rully Nugraha
pandangannya mantaps Mas Rully. Harus kompak agar seimbang, oke!
@ Syamsul Alam
Tidak ada yang hebat dalam tulisan saya. Yang hebat adalah yang sudah membuat rumus sedekah dan pelit itu. Saya hanya turut menyebarluaskan saja. Semoga bermanfaat.
Ditunggu tulisannya Mas Alam !! senang saya mengenal orang hebat seperti anda.
Salam Istimewa!
Betul Mas Umar.
BalasHapusSaya jadi ingat ada kalimat motivasi bisnis begini:
"Bisnis itu seperti minyak. Karena itu jangan dicampur kecuali yang berkaitan dengan bisnis itu sendiri."
Salam ACTION!
Betul mas, makanya di conter hp punya saya diberi tulisan "MOHON MAAF, KAMI TIDAK MELAYANI BON" yang bertujuan mengatur dan menjaga kondisi Cash Flow agar tetap konsisten. Karena yang namanya bon, pastinya kita harus nombokin saat kita mesti nambah stok. misalnya, teman ok, namun kalo udah menyangkut bisnis jadinya ya "Bisnis is Bisnis". Bukan begitu mas?
BalasHapusSalam Sukses.
Wah pada hebat yah. emang sedekah dari mana ya kalau gak punya bisnis. cuma bisnis yang luwes itu lebih loyal lho ketimbang yang disiplinen. EN nya itu lho yang menjadikan bisnis itu egois dan kaku.ah taulah orang kadang maunya enak didalam penderitaan orang.
BalasHapusurusan sedekah memang ga perlu pakai kompormi ya hehhehe
BalasHapussetuju juga sih kalau misal untuk bisnis kita perlu melakukkan perhitungan detail.
BalasHapuspak @joko susilo perumapamaannya bagus sekali..
BalasHapusartikelnya bisa jadi pelajaran trimakasih
luarbiasa sekali artikelnya salam sukses selalu pak guru
BalasHapusbenar sekali jika urusan bisnis tidak di campur dengan urusan sedekah.
BalasHapus