Senin, 16 Februari 2009

Saat Guru Menjadi Monster (Kisah Guru Killer Bagian 1)

Pagi yang cerah itu. Saat ayahku bercengkrama dengan monitor 29 incinya. Saat ibuku menggoyang-goyangkan bokongnya mengikuti irama ulekan sambal. Aku mulai sibuk mempersiapkan diri. Melengkapi tubuhku dengan atribut-atribut keguruan yang kental.

Inilah kebiasaan rutinku setiap pagi. Menyetrika baju, menyemir sepatu dan memanasi sepeda motor kesayanganku. Tidak ada aktivitas lain selain itu dalam hari efektifku. Tidak ada acara mengantar anak ke sekolah, Tidak ada acara menyapu rumah. Pokoknya aktivitasku hanya untuk aku. Aku masih single dan itulah rutinitasku setiap pagi. Terlihat monoton namun aku senang dan ikhlas menjalaninya.

Aku senang karena sebentar lagi bertemu dengan wajah-wajah lugu murid-muridku. Memang mereka sudah SMA, namun keluguan itu tetap tak bisa disembunyikan dari ranum wajahnya. Aku senang saat mereka datang menyergapku dan melantunkan kalimat indah ”Assalamu’alaikum, Pak Umar!”. Kemudian mereka saling berebut meraih telapak tanganku yang sengaja kuwangikan untuk diciumnya dengan khusyuk. Ada yang langsung menyerobot buku-buku didekapanku untuk dibawakannya menuju kelas. Tingkah-tingkah mereka yang tak karuan dan terkadang ada yang malu-malu membuat hatiku damai layaknya menyaksikan burung-burung kecil yang menari-nari di pucuk-pucuk ranting dan dedaunan. Aku hanya tersenyum kecil saat muridku mulai berceloteh riang yang sesungguhnya bagiku topiknya tidak terlalu penting itu.


Hmmm... terimakasih Tuhan engkau kirimkan malaikat-malaikat kecil ini disisiku. Berkat merekalah hari-hariku menjadi penuh warna. Berkat mereka pula aku masih bisa tebarkan senyum bahagia sebagai sedekah termurahku. Terimakasih engkau telah gariskan aku sebagai guru agar bisa terus menikmati harmonisasi makhluk dan alammu ini. Andai aku bukan guru, mungkin kesempatan seperti ini tidak akan pernah menjadi milikku. Subhanalloh...

Ups, ternyata aku mulai melamun dan tersenyum sendiri membayangkan apa yang akan terjadi nanti di sekolah. Sekarang harus segera kubereskan setrikaan seragam keguruanku ini. Agar terlihat licin dan sedap dipandang murid-muridku nanti. Kata ahli horoskop, orang libra pintar bersolek dan sangat sensitif dengan penampilan. Hasrat untuk tampil sempurna dan indah di depan khalayak sangatlah tinggi. Rasanya tidak perlu aku membantah argumen itu. Karena memang itulah yang sedang memvirusi otakku kini, hehehe...

Di ruang sebelah, terdengar ayahku batuk-batuk kecil. Ah...seperti biasa mungkin ia tersedak asap rokoknya. Audio yang terpancar dari kotak televisi terdengar sangat keras memekak. Maklum karena diback-up dengan double sound berkekuatan 10.000 watt. Bass berdegup-degup layaknya audio dari home teathre saja.


Kenapa Guru Menjadi Killer, ya?
Ahh....akhirnya persiapan tetek bengekku selesai juga. Dan waktunya menikmati sarapan pagi buatan ibuku. Ahaa...ternyata pagi ini ibu membuatkanku menu spesial kegemaranku. Ya...sepiring nasi goreng ikan asin bertabur bawang goreng, irisan mentimun, dan kerupuk kecil-kecil sudah siap tersaji di meja makan. Di sebelahnya ada secobek kecil sambal terasi yang juga sangat kugemari. Air liur di kerongkonganku terasa mau muncrat keluar semua membasahi rongga mulutku. Hmmm...nikmat sekali pastinya nasi goreng ini. Terimakasih bunda, jerih payahmu menyiapkan sarapan pagiku tak akan terlupa untuk selamanya.

Aku tidak terbiasa sarapan di meja makan. Entah mengapa rasanya gak enak saja, kaku dan tidak nikmat. Aku lebih sreg kalau sarapan di depan televisi. Kebiasaanku ini sangat buruk dan jangan ditiru ya! Hehehehe... sekarang aku sudah siap duduk manis di sebelah ayahku yang tiduran di karpet. Sebentar basa-basi menawari beliau sarapan, sejurus kemudian gigi-gerigiku sudah sibuk menggiling nasi goreng spesial itu.

Sejenak aku terdiam, terpana melihat gambar di layar monitor TV. Sebuah tontotan yang tak layak untuk ditiru. Seorang guru dengan sangat begisnya menghajar beberapa murid di lapangan yang disaksikan langsung oleh teman-temannya. Ya, diberitakan seorang kawan guru di daerah Muara Enim Sumatera Selatan terancam hukuman 5 tahun penjara karena dipidana melakukan tindak kekerasan kepada siswanya sendiri. Rekaman video menggunakan kamera handphone menayangkan perbuatan guru tersebut. Beberapa siswa dibanting-banting ke tanah layaknya boneka mainan. Masya Allah... sungguh jelas itu diluar batas kewajaran sebuah hukuman untuk murid. Orang tua mana yang sanggup menyaksikan buah hatinya diperlakukan seperti itu. Di rumah pun mungkin tidak pernah memperlakukan anaknya sedemikian sadisnya. Lalu kenapa guru tersebut begitu bengis dan kejam? Bukankah guru seyogyanya menjadi orangtua kedua bagi si anak? Bukankah guru harusnya bisa memberi contoh yang baik bagi muridnya, dan bukan sebaliknya menjadi ancaman.

Oh kawanku...kenapa engkau lakukan itu? Kenapa engkau berubah menjadi Monster dan Algojo yang sangat menakutkan. Ada apa denganmu?

Baca lanjutannya di artikel berikutnya, ya!
Saat Guru Killer Bertemu Murid Ndableg (Kisah Guru Killer Bagian 2)

Salam Istimewa!




20 komentar:

  1. Karakter guru berbeda-beda.
    Apalagi gaji guru tidak sesuai dengan tugasnya.
    ========================================
    guru adalah Kunci utama membangun Bangsa.
    Karena dari tangan mereka Akan tercipta Tunas2 Bangsa
    Yang dapat membangun bangsa.
    ========================================
    Saya yakin Jika Kurang sabar.
    Jika Perut Kosong telah menjadi raja pada diri manusia.
    Nilai rasional pasti di kesampingkan.
    Maka Tangan mereka menjadi salah fungsi.
    ========================================
    Maka killer lah dia.
    ========================================
    Pa guruku tetap posting tentang pendidikan ya.

    blog rekan bisnis | rekanbisnisku.co.cc

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum Pak Guru, Terima kasih artikelnya luar biasa.
    Saya jadi teringat semasa sekolah terutama lagu ini :

    Spesial buat Pak Guru Umar:
    Judul " Terima Kasih Guru ku "

    Terima kasihku kuucapkan
    Pada guru ku yang tulus
    Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
    Untuk bekal ku nanti

    Tiap hari 'ku di bimbingnya
    Agar tumbuhlah bakat ku
    Kan kuingat selalu nasehat guru ku
    Terima kasih kuucapkan

    Untuk guru yang melakukan kekerasan apalagi ada yang berbuat asusila saya sangat prihatin.

    Ditunggu artikel berikutnya.

    Semangat Sukses

    BalasHapus
  3. Dinamika kehidupan mas... Sangat disayangkan, guru yang seharusnya digugu dan ditiru menjadi bengis dan kejam layaknya berhadapan dengan musuh bebuyutan. Mungkin seharusnya beliau itu jadi tukang jagal aja. Artikel selanjutnya menarik nih, gimana murid bandel VS guru killer???

    BalasHapus
  4. Mas Umar, singkat saja mungkin mereka masih belum bisa membedakan antara "mengajar" dengan mendidik, lagian yang jadi guru biasanya belum tentu karena panggilan nurani tuk mencerdaskan bangsa, sebagaian besar menjadi guru karena terpepet ngga dapat kerjaan di tempat lain, sehingga masuk dia ke jurusan keguruan dengan niatan bukan ingin menjadi guru tetapi cari kerjaan, saranya coba deh Depdiknas adakan tes psikologi saat rekrutmen guru, lulus tidak mereka tes psikologi? bukan hanya tes penguasaan materi dan pengetahuan umum saja. Bisa-bisa ini pertanda makin mundurnya bangsa kita dan diawali dari dunia pendidikan. Tapi mudah-mudahan tidak.
    Salam sukses.
    ---------------
    Inspirasi dan Peluang Bisnis
    (http://info-peluang-bisnis-internet.blogspot.com)

    BalasHapus
  5. begitu ya kalau menjadi guru.... hihiiihi.... kenapa pula aku ga jadi guru yah....

    BalasHapus
  6. Banyak guru sekarang hanya menjadi seorang pengajar, bukan pendidik. Dia tidak merasa punya tanggung jawab moral memberikan sebuah keteladanan yg baik. Disamping itu, kemampuan mengelola kecerdasan emosionalnya juga kurang. Mungkin itu sebabnya.

    BalasHapus
  7. Bahasanya indah juga untuk dibaca, berarti tipe romantis nich.. haha...
    tapi inget kawan semua, bisanya ada asap, mestinya ada api dulu, seorang guru juga manusia yang tak lepas dari hawa nafsu, emosional, kesalahan, kadang kala kenapa sampai seperti itu. pancen dari ndablege siswa dan kurang ajarnya siswa, itu bisa aja, tp guru juga ada si yg kurang ajar juga.
    dalam ilmu jiwa belajar kan juga sudah diterangkan bagaimana caranya.
    kadang kala marah itu juga diperlukan, biar siswa gak kurang ajar lagi, cuma sekarang, siswa juga udah pintere poool... biasa belajar dari TV, jawaban bila mau di hukum, di jewer itu "Silahkan pak jewer aku, tempeleng aku ntar saya periksake ke rumahsakit sebagai bukti ada kekerasan oleh guru" seorang guru kalau udah di kepolisian banyak kalahnya walau dg alasan apapun.
    terus kurang ajar lagi, mbeling lagi. wedew..!!! kasuss...

    nah kalau aku di nakali siswa mbeling,misal ditantang berkelahi aku pulang dulu ganti baju yang bebas, terus tak ajak siswanya ke lapangan berkelahi, tunjukan kesaktiannya. hahahaha....

    tapi gak ding... bismillah mending pakai doa aja untuk menaklukan siswa yang mbalelo.
    habis sholat, khususkan fatihah sama anak atau orang yg mbalelo, bacakan sholawat 100 x udah Insya Allah ketemu udah cinta lagi.

    hihihi....

    BalasHapus
  8. @ Rekanbisnisku
    Di titian lara yang kian membara
    Di pundak kekar yang mulai merapuh
    Ku hanya bisa rajut asa yang terasa telah memudar
    Bersama desah-deah nafasku yang mulai merenta
    Menyaksikan anak-anakku yang kian tumbuh membesar
    berubah menjadi raksasa-raksasa yang siap melumat
    diriku...
    Sedang aku tetap teronggok nanar
    Di bibir jurang kehancuran.

    Salam hangat kawan, rekat jiwaku menyatu jiwamu
    Hingga surya kelak tenggelam
    hanyutkan kita dalam buaian malam sambil tersenyum dan bersyair:
    Kau masih ada untukku.

    @ Iwan Epianto
    Hahaha...
    ini adalah pujian ke duaratus lima puluh juta kali memekak telingaku
    menggedor-gedor gendang telingaku
    Menyumpal mulutku

    Semilir merdu pujian itu
    tak terasa nikmat lagi
    tak terdengar merdu lagi
    bahkan nyaris merajam kalbuku
    Hingga aku sungguh muak dengan semua itu.

    Seolah kau sangka aku Dewi Kwan In...
    Yang selalu tersenyum tulus..
    Tanpa perduli rengek bocah kecilku di gubuk tuaku
    Jerit tangis janda mudaku yang terus meratap

    Akankah kau tetap memuji
    Sedang aku semakin teriris-iris
    Menyakskan semua sandiwara ini

    @ Zamahsari
    Keadilan manakah yang kau suguhkan
    Di meja prasmanan yang menyajikan belatung-belatung ini
    Akankah masih ada kesalahan tanpa sebab
    Sungguh kiranya semua layak meremas kepala
    Memencet otak hingga berhamburan ke udara
    Agar bisa berfikir, mana yang lebih dulu tercipta
    ayam atau telur

    @ Madhysta
    Seharusnya kau menatap cadasnya kulit rembulan
    lalu raba dan hirup aromanya, maniskah adanya
    Atau kau kan temukan kejenuhan lalu bertobat nasuha
    Berharap rembulan tak tampakkan wajahnya

    @ Arief Maulana
    Saat wibawa telah mengering
    Dan petuah-petuah mulia mulai terdengar sumbang
    Masihkan kita kembali bertanya dan bertanya
    Laksana bani israil yang bebal
    Dan hanya bisa menunjuk dengan satu jari
    Sedang empat jari lainnya masih menuding padanya

    Andaikan malaikat itu mampu berbisik di gerbang telinga
    mungkin ia akan berkata.
    Lihatlah dirimu yang kini sempurna
    Dari manakah engkau bisa begini adanya.
    Adakah kau telah lupa pada semua?

    @ Mr. Mung
    Tidakkah kau ingin seperti camar-camar itu
    Yang meliuk-liuk sambil bersiul merdu pada mayapada
    Tinggalkan semua dosa-dosa siang tadi

    Walau langit mulai senja
    Dan mentari mulai merona untuk kemudian memucat
    Yakinlah kita kan tetap masih ada
    Untuk mereka
    Tuk belai sayang mereka
    memeluknya erat dan basuh keringatnya
    Tak ada kegelapan yang sempurna
    Masih ada celah bagi kita tuk menatapnya
    Dengan seribu senyum dan tawa yang mungkin telah hilang makna.


    Terimakasih kawanku semua
    Komentarmu sungguh bermakna
    Kalian adalah Dewa-Dewa Mungil
    Yang turun ke bumi
    Tuk siramkan embut
    Di gurun yang mulai gersang ini


    Salam Istimewa!

    BalasHapus
  9. wuih ada aja pa guru. ngasih komen baliknya sangat berbeda dengan yang paling berbeda.

    Hidup adalah sebelum mati.

    blog rekan bisnis | rekanbisnisku.co.cc

    BalasHapus
  10. Waduh What haven dngan Pak Guru ???

    BalasHapus
  11. Tindakan yang sangat tercela.
    saya sangat mengecam perbuatan bejat seperti itu.

    ini ciri2 masyarakat yang sudah sakit, yang telah berimbas pada sendi2 kemasyarakatan yang luhur.telahmerambah ke sektor pendidikan, keagamaan, kebudayaan bahkan kesehatan (ponari)

    tindak kekerasan dan irasional masyarakat sudah begitu dahsyat.
    banyak contoh lain selain fakta guru yg di ceritakan mas umar di atas.

    Mari perangi kekerasan!

    di tunggu artikel berikutnya

    BalasHapus
  12. Tak kusangka temanku yang satu ini ternyata seorang guru yang stylis dan perfek dalam menjaga penampilan. Bagus buat jadi panutan murid-muridnya.

    Jadi ingat waktu masih kuliah, salah seorang teman kos yang kebetulan dosen di salah satu Universitas negeri di Jakarta dalam satu hari bisa ganti celana/kemeja sampai 2 kali.

    Apakah Mas Umar juga demikian?

    BalasHapus
  13. Mas Sumartono : Universitas negeri Di jakarta cuma 2 kan UI salemba dan UNJ. trus temennya kuliah dimana. siapa tau...

    BalasHapus
  14. Selamat siang mas Guru,
    Terimakasih atas artikel yang bagus, saya jadi ingget waktu SMEA pernah di lempar penghapus ampe jidat benjol yang akhirnya membuat saya sangat benci banget na guru tsb, kesalahna yang tidak seberapa tapi akibatnya luar biasa, setelah di selidiki ternyata guru saya lagi punya masalah keluarga, tapi menurut saya itu kan tidak prof, seharusnya guru itu di gugu dan di tiru (jawa red), semoga mas guru memjadi sebuah tauladan seorang guru yang prof dan selalu ingat misi seorang guru sesulit apapun, walau seorang pahlawan tanpa tanda jasa tapi apa jadinya dunia ini tanpa seorang guru seperti Mas Guru Umar, amin dan terimakasih atas jasamu guruku, tanpa dirimu bukan tidak mungkin saya bisa mengakases internet.
    Salam sukses mad Guru, semoga Jasa2mu akan di ingat sepanjang masa

    BalasHapus
  15. Seharusnya sebagai sosok pemimpin dan teladan bagi anak didiknya, mereka menunjukkan sosok yang disegani bukan ditakuti dan memberikan rasa aman dalam proses pendidikan yang berlangsung.
    Wah...kejadian seperti ini jadi PR pak guru nih buat di review, karena profesi sebagai guru tentu lebih bisa mengambil kesimpulan mengapa seorang teladan menjadi sosok yang buas bagi anak didiknya?

    Salam Sukses.

    BalasHapus
  16. @ Rekanbisnisku
    Hehehehe...masak berbeda sih Mas Dadang? sepertinya kok biasa saja.

    @ Iwan Epianto
    Sedang ngantuk dan ngelantur Mas, hehehe...

    @ Fadly Muin
    Hemmmm....berapi-api sekali komentarnya Mas!
    hehehe.....tetap kontrol emosi agar bisa mencari solusi.
    Ribuan orang yang berkoar mengecam tapi minus solusi
    akhirnya tetap saja terjadi, betul tidak ini, hehehe...

    @ Sumartono
    Wah, stylist sih stylist Mas.
    Tapi kalau sampai ganti seragam dua kali dalam satu hari apalagi dalam satu sekolah, yaaa....gak lah Mas! Ntar dikira BB lagi, hehehe...

    @ Muklis
    Jika dilakukan penelitian dengan rumusan masalah: Apa yang paling diingat murid saat ia lulus sekolah?
    Maka akan ditemukan 95% mereka akan mengingat kenangan buruk di sekolahnya, dan hanya 5% saja yang mengingat kenangan manisnya.
    Ini ibarat peribahasa:
    Gara-gara nila setitik rusaklah susu sebelanga.

    Guru memang seharusnya bisa bertindak seperti hakim.
    Mampu mengontrol emosi dan tidak membawa-bawa masalah di rumah ke sekolah. Namun faktanya tidak bisa sama, kenapa? karena karakteristik profesi keduanya memang berbeda. Kita semua jelas sudah paham mengenai perbedaan ini.

    @ Handoko
    Kalau Mas Handoko punya anak yang sudah sekolah tentu juga memiliki hak untuk mengutarakan apa yang anda inginkan dari para guru. Sekaligus ikut berpikir apa solusi yang paling tepat untuk menyikapi dan mencegah fenomena semacam ini terjadi lagi.

    Salam Istimewa

    BalasHapus
  17. Assalamu alaikum,.... saya sebagai seorang guru yang sudah dinas 21 tahun namun rasanya harus banyak belajar dari de'Umar.

    BalasHapus
  18. Semua itu adalah proses untuk menjadi "seseorang". Setiap permasalahan yang muncul antara murid dan guru adalah proses untuk pematangan pola pikir....eh gitu bukan ya ?

    BalasHapus
  19. Sebuah Potret kecil dari wajah Dunia Pendidikan kita,ternyata ada yang Memprihatinkan.Semoga Potret kecil (kekerasan,red) bukan merupakan Gunung Es.Cukuplah sudah beberapa kasus kekerasan di sekolah.Kita jadikan sebagai Pelajaran bagi semua Fihak (Pendidik,Siswa,Orang Tua,Masyarakat dan negara)untuk memperbaiki Semua.Adalah Bijaksana bila kita sanggup menarik Hikmah dari setiap kejadian.Yang Jelas, apapun Motivasinya, tindakan Kekerasan disekolah tidak bisa Dibenarkan.

    BalasHapus
  20. mungkin suasana hati sang guru sedang sensitif

    BalasHapus