Senin, 04 Mei 2009

Awas !! LPTK Ilegal Bergentayangan


Khidmatnya peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada hari Sabtu tanggal 2 Mei kemarin mendadak terkoyak dengan munculnya kabar kurang sedap dari provinsi bagian timur negeri ini yaitu Nusa Tenggara Barat. Sebanyak 5000 guru di provinsi tersebut menjadi korban Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) ilegal. Ada sekitar 15 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang diindikasi melakukan praktik perkuliahan jarak jauh secara ilegal di provinsi tersebut. Bahkan, mereka telah berhasil menerbitkan 5000 ijazah strata satu (S1) dan sekitar 800 ijazah strata dua (S2) dari praktik pendidikan ilegal itu.

Praktiknya adalah ke-15 PTS tersebut membuka cabang di NTB dingan sistem perkuliahan jarak jauh. Sedangkan tempat kuliahnya mendompleng di sekolah-sekolah menengah yang ada di sana. Cukup dengan modal 10 jutaan dan masa studi hanya 4 bulan, maka ijazah sarjana dengan mudah ada di genggaman para guru-guru yang malang tersebut.

Walhasil, pengajuan sertifikasi merekapun ditahan karena dicurigai menggunakan ijazah sarjana yang dikeluarkan PTS penyelenggara LPTK ilegal tersebut.
(sumber Kompas)

Ada Permintaan Maka Ada Penawaran, atau Sebaliknya

Hukum ekonomi murni yaitu ada permintaan maka ada penawaran ternyata berlaku juga dalam praktik pendidikan. Lalu permintaan apakah yang dimaksud, apa lagi kalau bukan ijazah dan gelar sarjana. Para guru terutama yang belum mengantongi ijazah sarjana saat ini sedang berjuang keras untuk sebisa dan secepat mungkin mengantongi ijazah D4 atau S1.

Kepemilikan ijazah D4 atau S1 menjadi penting bagi guru karena tanpa selembar kertas itu guru bersangkutan bakal terdepak dari waiting list uji sertifikasi. Yang berarti pula harapan cerah untuk memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bakal kandas. Padahal menurut Mendiknas Bambang Sudibyo dalam pidato upacara peringatan Hardiknas kemarin, saat ini ada sekitar 1,74 juta guru belum D-IV/S-1 dan 150.000 dosen belum S-2/S-3. Ini berarti akan sangat banyak guru yang tidak bisa menikmati kue sertifikasi bila mereka tidak segera menempuh pendidikan D4 atau S1.

Melihat pangsa pasar yang sedemikian banyak, maka beberapa PTS (penyelenggara LPTK) yang notabene profit oriented berupaya menjemput bola dengan membuka program perkuliahan jarak jauh. Padahal sejak diterbitkannya UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 program perkuliahan jarak jauh sudah jelas-jelas dilarang. Adanya pelarangan tersebut mengingat semakin maraknya model perkuliahan yang hanya sekedar jual beli ijazah. Sehingga praktik perkuliahan yang tidak wajar dari segi waktu, materi, dan biaya tersebut harus segera dihentikan.

Guru Selalu Menjadi Korban, Benarkah?
Sejak kelahirannya, program sertifikasi guru memang kerap menimbulkan pro-kontra. Kasak-kusuk dikalangan guru maupun pengamat pendidikan acapkali terdengar. Ada yang mengatakan sertifikasi guru bermuatan politis, sarat korupsi, kebijakan membodohkan, ketidakikhlasan pemerintah, dan lain-lain. Namun demikian, banyak juga guru yang merasa bersyukur bahkan antusias menyambut program pemerintah yang bisa mendongkrak ’income’ guru tersebut. Guru-guru yang antusias inilah yang kemudian menjadi santapan lezat para oknum pengeruk keuntungan finansial dari bisnis pendidikan.

Berbagai cara dilakukan oleh oknum tersebut untuk menjaring para guru pengejar sertifikasi. Dari mulai penyelenggaraan seminar, workshop, bursa sertifikat, pembuatan alat peraga, jual beli karya ilmiah, jual beli ijazah, sampai pada pendirian LPTK gadungan. Memang tidak dapat dipungkiri pada kenyataanya praktik-praktik semacam itu selalu banjir peminat/pembeli dari kalangan guru. Dan dapat dipastikan keuntungan melimpah bisa mengalir dari sana.

Pada jangka pendek, mungkin para guru tersebut akan merasa diuntungkan karena ia bisa memenuhi nilai standar portofolio minimal yang berjumlah 850 tersebut. Itupun kalau sedang bernasib baik, alias portofolionya lolos tanpa terindikasi ada kecurangan. Tapi bila akhirnya ketahuan berkas portofolionya ada yang tidak beres, maka jelas sangat merugikan karena portofolionya bisa ditolak dan namanya bisa didepak dari daftar pemegang hak sertifikasi. Bahkan bisa jadi dipidanakan karena telah menggunakan dan memanfaatkan dokumen palsu (nah loh!).

Pada jangka panjang pemanfaatan atau pelolosan dokumen portofolio yang tidak beres dalam uji sertifikasi bisa merugikan banyak pihak. Antara lain: profesionalitas peserta yang lolos diragukan, independensi dan kualitas penguji juga diragukan, sertifikasi hanya sekedar formalitas, dan sertifikasi hanya sekedar penghamburan uang negara demi kepentingan segelintir elit.

Agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan tersebut, guru (pengejar sertifikasi) harus sedini mungkin komitmen untuk turut mengantarkan program ini agar tetap berjalan pada rel yang sudah ada. Hal ini bisa dilakukan dengan cara tetap waspada terhadap praktik-pratik tidak sehat seputar pendidikan.

Ingat dengan pepatah ”Sepandai-pandai menyimpan bangkai pasti akan tercium juga”. Jadikan kasus kawan-kawan guru di NTB tersebut sebagai pelajaran berharga, dan jangan mudah terbujuk rayuan oknum-oknum yang hanya memanfaatkan situasi ini.

Salam Istimewa!









28 komentar:

  1. setiap kali saya membaca berita-berita kriminal baik yang kasar maupunyang halus, selalu membuat saya sedih.

    sudah saatnya kita bangkit dan memerangi aksi-aksi seperti itu dengan cara meningkatkan kecermatan kita dalam merespon program-program kependidikan.

    semoga masalah-masalah seperti itu bisa kita perangi bersama!

    BalasHapus
  2. wah... sya sedih kalau baca ini. Teringat nasib generasi penerus bangsa kita selanjutnya. Kalau sistem pendidikannya seperti ini, termasuk oknum di dalamnya (guru / nonguru).

    Padahal salah satu visi Blog Motivasi Arief adalah memberikan pendidikan nonformal untuk membentuk mental dan pola pikir yang tepat untuk membawa kemajuan.

    Namun demikian, tetap saja yang menjadi fondasi dasar pendidikan adalah pendidikan formal disekolahan. Untuk itu rupanya kita masih jauh banget dari kondisi ideal.

    Btw, silahkan dinikmati pelajaran di sekolah internet marketing untuk "level selanjutnya".

    Salam sukses

    BalasHapus
  3. kisah sedih selembar kertas ajaib bernama ijazah...

    BalasHapus
  4. apa kbr guruku...
    -------
    Inilah indonesia...
    demi mengatasnamakan kemajuan "pendidikan"
    banyak lahan mencari uang dan peluang yang menghalalkan segala cara...

    memang banyak orang pinter ke blinger
    -------

    kata pendidikan diatas diganti ya
    Pendidikan = kesejahteraan semu belaka

    BalasHapus
  5. Saya hanya bisa mengelus dada membacanya. He..he.. coba kalau semua guru kreatif seperti Mas Umar dengan jadi blogger juga, pasti deh kasus tersebut bisa dikurangi.

    BalasHapus
  6. Met Malem Mas, semoga tetep sehat dan semangat menghadapi fenomena yang rada aneh di dunia pendidikan, ya kemarin saya juga dapat khabar tentang hal itu dari paman saya yang di Bengkulu, klo di bilang yang salah siapa ya, kemarin rebutan kursi sekarang bikin ide gila dengan proyek ijazah palsu, mo jadi apa nantinya, allahu alam aja, toh Tuhan tidak tidu Mas Guru, salam sukses

    BalasHapus
  7. memang pendidikan kita semakin lama semakin hancur. Sangat sedikit orang yang peduli.

    Mari peduli pendidikan!!!

    BalasHapus
  8. Pendidikan di Indonesia masih mencari bentuk yang paling sesuai dengan kondisi di negara kita ini. Kita dukung terus pemerintah, berikan mereka ide dan gagasan dalam membangun pendidikan di Indonesia. Jangan hanya mengkritik... :D salam kenal

    BalasHapus
  9. sangat menyedihkan ya mas..tapi memang gak bsa dipungkiri kalau praktek seperti itu banyak terjadi di Indonesia. Pendidikan aja bisa dijadikan ajang jual beli gelar apalagi yang lain? Mudah2an ke depan lebih baik, mungkin orietasi pendidikan di indonesia harus di rubah dari kuantitas menajdi kualitas

    BalasHapus
  10. Sangat mengenaskan membaca artikel diatas. Banyaknya praktek-praktek ilegal semacam itu justru ada yang melibatkan tangan-tangan oknum dalam birokrasi pemerintahan. Sudah saatnya ada hukum yang tegas untuk mengatasi permasalahan semacam itu, karena secara langsung atau tidak akan mengancam kualitas pendidikan di Indonesia.
    Informasi yang menarik mas, terus perjuangkan nasib guru.

    Keep Spirit,

    Ricky
    Business Man

    BalasHapus
  11. kesuksesan tidak mudah,harus di capai dengan usaha yang keras...bener sekali mas...yang jahat-jahat pasti gak akan bertahan lama...

    salam sukses selalu..

    BalasHapus
  12. @ Fadly Muin
    Amiin...semoga guru-guru kita lebih cermat lagi ya mas.

    @ Blog Motivasi Arrief
    Pada kenyataannya memang begitulah Mas, kondisi ideal di negeri ini ibarat jauh panggang dari api. Orang-orang yang idealis malah terkucil dan orang yang oportunis malah menjadi pahlawan.

    @ Gubrik
    Ijazah...oh..ijazah...memang barang keramat yang sekaligus menjadi senjata ajaib.

    @ Blog Rekan Bisnis
    Kenapa banyak orang pinter malah keblinger. Jawabannya jelas, karena sistem pendidikan kita mengenyampingkan aspek moralitas. Sebagai bukti, dari 6 materi Ujian Nasional, tidak ada satupun yang mengujikan aspek moral siswa. Maka tidak heran jika output pendidikan kita pinter-pinter tapi moralnya bejat.

    @ Sumartono
    Do'a yang sangat mulia Mas. Semoga kawan-kawan guru bisa berubah, amiin..

    @ Muklis || BBM
    Yang jelas tidak akan menjadi apa-apa Mas. Keberhasilan dengan cara yang tidak benar seperti itu saya yakin tidak akan langgeng, bahkan justru menghancurkan diri sendiri pada suatu saat nanti.

    @ Tips Ngeblog
    Semoga anda menjadi orang yang termasuk peduli dengan pendidikan di negeri ini. amin

    @ Basyarah
    Memang benar Mas Basyarah, kritik tanpa solusi yang membangun bisa ditafsirkan berbeda. Untuk itu, mari kita berpikir bersama bagaimana cara terbaik untuk memajukan pendidikan di negeri ini tanpa ada yang perlu dikorbankan.

    @ Zamahsari
    Saya sangat sepakat Mas, pendidikan dengan penekanan pada aspek kualitas memang menjadi harapan saya juga. Hanya saja itu perlu upaya keras, mengingat kondisi sosial ekonomi bangsa ini yang mayoritas menengah ke bawah.

    @ Ricky
    Tidak perlu munafik memang jika beberapa pengawal pemerintahan khususnya dalam bidang pendidikan di negeri ini ada yang masih bermental tempe dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh uang. Mereka itulah yang sebenarnya menggunting dalam lipatan dan memancing di air keruh, sehingga perlu untuk segera dibereskan sebelum banyak terjadi korban.

    @ Yanuar
    Mudah-mudahan hukum alam seperti itu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. amin..

    Salam Istimewa!

    @

    BalasHapus
  13. dilema lagi...dilema lagi...

    Inilah kenapa dunia pendidikan kita sulit sekali untuk bersaing dengan pendidikan di luar negeri.

    Saya prihatin jika mendengar ada pelajar atau mahasiswa kita berebut dan gandrung untuk sekolah di luar negeri, pengiriman ke luar negeri untuk studi banding atau peningkatan SDM dan ilmu pengetahuan di luar negeri...hiks.

    Kapan ya negeri kita yang justru jadi primadona untuk menimba ilmu pelajar atau mahasiswa luar negeri...?

    Salam Sukses.

    BalasHapus
  14. Salam kenal pak,

    Terima kasih sudah mampir di weblog Rumah Bangsa. Saya berharap bisa bertukar pikiran lebih jauh mengenai pendidikan di Indonesia.

    Untuk itu, ijinkan saya mencantumkan web bisnisguru.co.nr ke dalam blog Rumah Bangsa. Terima kasih.

    Salam Pendidikan Indonesia !
    Asrillanoor
    www.rumahbangsa.wordpress.com

    BalasHapus
  15. Bapak Umar tetap update dengan temanya tentang pendidikan, Saya berharap Guru-guru yang lain juga bisa peduli terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Saya harap Bapak Umar ini bisa menularkan ke Guru-guru yang lain.
    Salam Istimewa.

    BalasHapus
  16. Kita berharap Pemerintah dan Aparat terkait cepat melakukan perubahan, Hukum tetap harus ditegakkan, siapapun yang bersalah harus dihukum, Mudah-mudahan tidak akan ada lagi oknum-oknum yang memanfaat keadaan untuk dijadikan lahan mencari uang dengan cara tidak benar.

    Terima kasih Mas umar Info nya sangat bermanfaat, Salam sukses untuk Pendidikan di Indonesia.

    BalasHapus
  17. WAH NGGAK BISA BEGITU DONK KAN KASIAN PARA GURU,INI MASALAHNYA ADA DI BIROKRASINYA YANG SELALU ADA UDANG DI BALIK BATU DAN SELALU MEMANFAATKAN PARA CALON GURU YANG MENDAPAT SERTIFIKASI,APARAT YANG MASIH BERHATI CULAS DAN KORUP MEMANG MASIH BANYAK BERGENTAYANGAN DI INSTANSI MANAPUN,MEREKA PANTASNYA DI TANGKEP ATAU DI PECAT SAYA TUH BIAT TAU RASA,SALAM

    BalasHapus
  18. Kasihan para Guru Indonesia, dituntut untuk meningkatkan kualitas, akhirnya terjebak dalam perangkap para penjual ijazah palsu, gimana ya solusinya ?
    thanks informasinya mas Umar

    BalasHapus
  19. setjua dengan mas IMAM MEQELS

    BalasHapus
  20. @ Handoko Tantra
    Komen anda mengingatkan saya akan peribahasasa:
    Rumput tetangga terlihat lebih hijau dari rumput di halaman sendiri.

    Dan sepertinya kualitas pendidikan di negeri ini perlu ditingkatkan agar sejajar dengan pendidikan di luar negeri agar anak bangsa ini betah belajar di rumah sendiri.

    @ Asrillanoor
    Salam kenal juga bu, mudah-mudahan kedepannya kita bisa saling bersilaturahmi di dunia blogspere ini.

    @ Hafiid
    Amiinnn...dan terimakasih atas supportnya Mas Hafiid.

    @ Iwan Epianto
    Sepakat Mas Iwan. Penegakan hukum khususnya pada lingkup pendidikan juga harus tetap ditegakkan.
    Sepengetahuan saya, kejahatan dalam dunia pendidikan juga tidak kalah mengerikan dengan kejahatan di luar pendidikan.

    @ Imam Meqels
    Kejahatan dunia pendidikan sangat merata di semua level mas, mulai pejabat menteri sampai guru kelas semua berpotensi melakukan kejahatan. Tergantung niat dan kesempatan yang ada saja.
    Jadi, ini sekarang menjadi PR bagi aparat penegak hukum untuk memberantasnya.

    @ Alie
    Solusinya adalah kembali pada individu masing-masing Mas. Mereka harus sadar bahwa apa yang mereka lakukan adalah tindak kejahatan.
    Menafkahi diri dan keluarga dengan rizki yang diperoleh dari kejahatan sama halnya dengan menginvestasikan kehancuran dalam hidup kita dan anak cucu.

    Salam Istimewa!

    BalasHapus
  21. ngeri mas kalo baca ini,,,
    gimana dengan penerus kita ya, kalo dididik sama orang2 yang berijazah instant.

    BalasHapus
  22. Thanks for you important information i like it and you very helpfullMyokezone,blog stuf and fun information

    BalasHapus
  23. menyedihkan sekali apa yang terjadi di negeri ini..dan hal ini pun sudah berlangsung lama bahkan sampai ke tingkat yang lebih tinggi banyak sekali praktik2 seperti ini...

    BalasHapus
  24. Saya tidak menyangka di NTB terdapat LPTK ilegal, kalau seperti itu kwalitas guru semakin menurun.Oia mas umar klo tgl 2 mei biasanya diperingati tapi mengapa tgl 20 mei/ hari kebangkitan nasional jarng diperingati? mas umar tahu sejarahnya???

    BalasHapus
  25. Program sertifikasi guru yang diharapkan mampu mengangkat citra dan profesionalisme pendidik, justru semakin membuat pendidik menghalalkan segala cara dan saling sikut untuk bisa ikut sertifikasi lebih awal. Memalsukan dokumen dan meninggalkan tugas mengajar untuk mengejar sertifikat sepertinya hal yang jamak dilakukan guru era sertifikasi ini. Apalagi kalau bukan tujuan kesejahteraan (duit).

    BalasHapus
  26. Wah, ternyata sekolahan ada juga yang ilegal ya. kasihan yang sudah jadi korban.

    BalasHapus
  27. Seharusnya pemerintah lebih keras lagi dalam menghentikan kegiatan yang bisa dikatakan legal,pemerintah juga harus memberlakukan hukum ketat dan sangsi jelas agar perguruan tinggi yang akan menyelenggarakan studi seperti itu,kita juga tak tau kwalitas dan quantitasnya jangan hanya berlebel S1 tapi nol dalam kwalitas,para guru hendalnya lebih arif lagi memilih PT yang kompetensinya jelas,salam

    BalasHapus
  28. Bagi semua guru terutama yang belum PNS jangan hanya mengejar title untuk S1,tapi dengan menempuh jalur asal cepat lulus donk,jangan hanya mengejar title dan anda semua lupakan kwalitas dan quantitas,karna bagaimanapun anda semua jangan main aji mumpung,memanfaatkan niat pemerintah untuk mensejahterakan guru,lantas anda semua berlomba-lomba cari title S1,anda juga pun kadang lupa dengan kualitas anda sendiri,sampai mana pengalaman anda,berapa ribu jam mengajar anda,berapa puluh kali anda ikuti penataran atau seminar,anda semua harus tau diri juga donk,anda harus lebih hormati para guru PNS senior yang sudah karatan di bidangnya malah banyak yang elum mendapatkan nya,salam

    BalasHapus