Minggu, 19 Juli 2009

SEKOLAH BONAFID + FAVORIT = ………. ( DANA BESAR )

Mendengar istilah sekolah bonafid yang tergambar di benak saya adalah sekolah yang secara fisik sangat megah, bersih, dan fasilitasnya lengkap. Secara nonfisik pastilah kurikulum dan sistem kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut sangat baik, tertib, dan berkualitas.

Sejauh ini saya hanya mampu membayangkan saja, maklum sampai detik ini belum pernah bertugas mengajar di sekolah dalam kategori bonafid/favorit. Beberapa sekolah yang pernah saya singgahi (mencicipi mengajar) adalah sekolah biasa saja (standar). Dari segi fisik maupun kurikulum dan sistem KBM-nya tidak ada yang istimewa.

Namun demikian, ada cerita-cerita dari beberapa saudara dan keponakan yang kebetulan berhasil diterima di sekolah bonafid. Yang pertama kali mereka bahas bukanlah fasilitas sekolah atau kegiatan belajar mengajar, melainkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan orangtuanya setelah diterima di sekolah tersebut. Walaupun awalnya agak mengeluh, namun sepertinya orang tua mereka cukup maklum dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Jika memang ingin anaknya bersekolah di sekolah bonafid maka harus siap dengan konsekuensi besarnya biaya yang harus ditanggung. Hmmmm...bener gak yaa...?

Apa Maksud Saya Menulis Topik Ini?
Hmmm...begini kawan, sebagai penghayal sejati (hehehe...) saya bermimpi (bukan ngorok nih) suatu saat nanti saya bisa mendirikan sebuah sekolah bonafid/favorit yang memiliki manajemen, kurikulum, sistem KBM, dan fasilitas belajar yang lengkap. Tentunya bangunannya juga sangat megah, sehingga baru lihat gapura sekolah saja, langsung tercipta image bahwa sekolah saya adalah sekolah bergengsi.

Masalah mutu siswa baik input maupun output gak perlu ditanya lagi, karena yang pasti saya memasang standar dan target tinggi untuk hal yang satu itu. Pokoknya, tidak perlu berpikir dua kali deh untuk studi di sekolah saya. Double money back guarantee sudah saya siapkan jika sekeluarnya dari sekolah saya tidak mencapai prestasi belajar di atas rata-rata.

Bagaimana kawan, hebat sekali kan mimpi saya? Nah...berhubung itu baru sebatas mimpi saja, ada beberapa uneg-uneg yang sejak tadi menggumpal di otak saya. Sekaligus menjadi PR bagi anda untuk membantu saya mencairkan uneg-uneg ini.

  1. Jika ingin mendirikan sekolah bonafid maka dibutuhkan dana yang cukup besar. Selain dari dana pribadi, sumbangan dermawan, tentunya juga hasil pungutan dari wali murid yang jumlahnya cukup besar.
  2. Jika tidak punya dana besar, atau tidak ingin memungut dari wali murid dengan nominal yang besar tidak usah deh mendirikan sekolah bonafid. Karena di mana-mana yang namanya sekolah bonafid selalu identik dengan biaya yang mahal. Boleh dicek di lapangan...mana ada sekolah bonafid yang gratis.
  3. Mendirikan sekolah bonafid dengan biaya SPP yang cukup mahal gak masalah. Lanjutkan...!!. Kalau reward yang diterima betul-betul sebanding dengan fulus yang dikeluarkan, pastilah akan tetap menjadi sekolah rebutan. Gak percaya? Coba deh dicek ke sekolah-sekolah bonafid yang plafon SPP-nya selangit, tetep tuh dijejali pendaftar sepanjang tahun ajaran baru.
  4. Ups...hampir ketinggalan.Bagi calon siswa dari keluarga kurang mampu, tetap ada jatah kursi kok buat kalian. Kira-kira 10 persen lah dari total bangku kosong yang saya sediakan. Gak usah khawatir! khusus kalian, semuanya gratis. Manajeman sudah mengatur sistem subsidi silang untuk men-cover seluruh kebutuhan kalian.

Gimana kawan, ada pendapat?


Salam Istimewa!









14 komentar:

  1. Gimana kawan, ada pendapat ?
    ada...
    sekolah bonafit bukan dilihat dari bentuk bangunannya yang bagus... harganya yang mahal... melainkan memberikan pelayanan baik (pengajaran dengan materi pembelajaran yang interaktif, misalnya merakit bom, latihan menembak, dan lain2).

    maksud lebih dalam... saya lebih menghargai sekolah menggunakan bangunan jaman kuno... selain nilai jualnya tinggi... juga mengajarkan kita untuk melestarikan bangunan bersejarah...

    subsidi silang memang harus dilaksanakan, karena tunas muda saya yakinkan tidak hanya hadir pada keluarga2 yang mampu... bayaran mahal diperuntukkan bagi siswa yang mampu (tentunya tidak akan merasa mahal)

    berdasarkan pengamatan dari tempat istri bekerja .

    BalasHapus
  2. Konsep yang mantap mas, dan saya sepakat bahwa kenyataan yang sering terjadi adalah peningkatan kualitas biasanya akan diikuti peningkatan harga jual.

    Tidak sedikit sekolah unggulan yang menyediakan 10 % diatas bukan untuk murid yang tidak mampu secara materi tapi untuk murid yang tidak mampu tembus ke sekolah unggulan tapi mampu secara materi atau bahasa kerennya kelas ekslusive.

    Memang sebuah dilema sekolah unggulan ya mas..

    Nice info..

    BalasHapus
  3. @ Dadang Firdaos
    Salut kawan satu ini, artikel baru turun langsung disikat..hehehe...
    Sory kalau kelamaan nunggunya pren. Lagi da gawe kemarin.
    Hmmm...pendapatnya boleh juga tuh. Tapi siswa yang minat model sekolah beginian banyak gak yaa? Jangan-jangan hanya laskarnya Mas Dadang saja. Walah kalo gitu berarti saya kudu nyiapin guru sastra yang banyak donk buat ngajarin nulis puisi, hehehe...

    @ Ricky
    Itulah Mas Ricky, dimana-mana orang pada berteriak sekolah murah sekolah gratis sekolah murah sekolah gratis. Pada akhirnya yang murah dan gratis itu ya tidak berkualitas. Kalau ingin berkualitas ya tetap harus dibayar dengan uang yang sepadan dengan kualitas yang diharapkan. Tidak usah bermimpi tentang kualitas bila membayar murah, kualitas itu selalu mahal. Ini intelijen, bukan isu, bukan gosip (mengutip kata 'seseorang' beberapa waktu lalu, hehe...)

    Saya selaku praktisi pendidikan merasakan betul bahwa sejak dicetuskannya program sekolah gratis sebenarnya sekolah juga 'ngempet' tapi tidak berani berkoar-koar. Nanti ada yang denger sekolah bisa dieliminasi, hehehe...

    BalasHapus
  4. Memang anggapan yang namanya "bonafid" merupakan sekolah yg no. 1. Tapi kadang kualitas dari outputnya yg kurang diperhatikan. Sekolah sekarang memang mahal Mas... yg penting anak2 benar2 belajar dengan tekun, jadi biaya yg dikeluarkan tidak sia-sia.

    Salam kenal & sukses selalu

    BalasHapus
  5. boleh jadi betul Pak Guru, tapi ada yang nggak mahal tapi kualitas dijamin.. Gontor.. Dulu merintisnya juga dari nol besar tapi dengan niat yang kuat dan ikhlas..sampai sekarang cabangnya dimana-mana.. Bukan saya membesar-besarkan tapi ini fakta lho mas.. Kualitas nya di atas rata2. Banyak kan yang adopsi sistem sana.. Dan sekarang Gontor mandiri karena berbagai usaha maju pesat mendukung finansial pondok... Mohon dukungannya kontes SEO dong pak guru Umar.. -zams

    BalasHapus
  6. saya tidak termasuk fanatik dengan sekolah bonafid. yang terpenting sistem belajar mengajarnya baik dan si anak bisa mengikuti. dan pergaulannya bagus.

    poin yang paling utama khan ke sekolah untuk belajar. setuju khan??

    BalasHapus
  7. @ Winarno
    Betul Mas Wien. Percuma sekolah di sekolah Bonafid kalo anak-anaknya sendiri pada ogah-ogahan belajar. Semua komponen tetap harus kompak agar tercapai tujuan yang diinginkan bersama.

    @ Stop Dreaming Start Action
    Ya Mas Zam, sampai saat ini GONTOR masih menjadi lembaga pendidikan ternama/berkualitas namun juga ekonomis. Dan sebagaimana yang Mas Zam ceritakan bahwa, sebenarnya lembaga pendidikan tidak harus tergantung pada pungutan dari wali murid, namun harus cerdas dan kreatif untuk mengadakan pendanaan secara mandiri. Yaitu dengan mendirikan usaha sekolah yang hasilnya dikembalikan sebagai biaya operasional maupun pembangunan sekolah.

    @ Fadly
    Yups, setuju sekali Mas. Tujuan utama pendirian sekolah adalah untuk belajar.
    Akan tetapi belajar dengan sarana yang lengkap dan kurikulum maupun sisten yang berkualitas tentu jauh lebih baik daripada sekedar pemenuhan kebutuhan dasar saja yaitu belajar.
    Kembali pada slogan: Harga Menentukan Rupa

    Salam Istimewa!

    BalasHapus
  8. Memang yang ada di benak saya sih yang namanya sekolah bonafid pasti identik dengan beaya tinggi. Padahal, gak semua siswa berprestasi lahir dari kalangan orang mampu.

    Seakan, siswa yang berasal dari kalangan tidak mampu selamanya tidak akan pernah bisa masuk di sekolah bonafide meski memiliki prestasi.

    Moga2 aja cita2nya kesampean, mas. Biar hal seperti ini gak berkelanjutan

    BalasHapus
  9. Itulah pangkal masalah yang terjadi, sekolah gratis kayaknya hanya sebuah fenomena, tapi apakah peluang itu ada untuk di ciptakan, di jembatan 2 jakarta seorang guru [bukan profesi hanya lantaran prihatin banyak anak jalanan yang tidak bisa baca tulis nekat untuk mendidik]untuk yang ini bagaimana pendapat anda, lha kok boro2 ngimpi bisa bikin sekolah lha mimipi untuk sekolah aja hanya tinggal mimpi, salut mas guru, artikel yang menggugah semangat betapa pentingnya arti sebuah pendidikan, salam sukses selalu mas guru

    BalasHapus
  10. Dibayanganku sih kalo Bonafit = Mahal dan ujung2nya gak kuat deh........

    tapi kan masih ada sekolah yang biasa2 saja yang penting ilmunya!

    Sekolah Gratis itu adalah sebuah Wacana semata!

    BalasHapus
  11. Hampir semua seperti itu mas, bonafide sudah tentu mahal. tapi ada juga yang tidak mahal seperti sekolah saya dulu (ATMI- Solo)he...he.. saya bilang sekolah karena belajarnya dari jam 07.00 - 15.00 Tapi karena inflasi yg tinggi mungkin sekarang juga dirasa mahal. waktu saya "sekolah" dulu th 2004 biayanya hanya 300ribu/semester + 200ribu untuk seragam&buku/tahun, padahal "sekolahnya" hanya 3tahun & nggak ada lagi biaya tambahan lainnya. tarif itu berlaku sama rata baik untuk yg kaya atau tidak mampu. Murah to..??

    BalasHapus
  12. sekolah bonafide sekarang di daerah saya mahalnya gak ketulungan... fassilitasna emang bagus tapi masukna jusah amat...

    BalasHapus
  13. menurut saya sekolah elite, tidak cukup hanya fasiltasnya serba mewah dan lengkap, tapi prilaku murid nya juga haruslah elegan dan beradab..
    Tidak ada senioritas, perpeloncoan dan anarkisme..
    Dan yang terpenting adalah metode belajar mengajarnya yang lebih canggih daripada sekolah2 biasa.. dengan metode accelerated learning misalnya..

    Saya doakan semoga mimpi mas Puja bisa terwujud :)
    Sukses..

    BalasHapus
  14. @ Anthony Harman
    Amiiinnn...
    Bukan sulap bukan sihir, yang namanya sekolah bonafid memang kental dengan aroma uang. Bisa sich bisa siswa dari kalangan miskin masuk sekolah bonafid tapi ujung-ujungnya orangtuanya tetap harus pontang-panting.
    Seperti keponakan saya yang hampir saja masuk sekolah bonafid tapi terpaksa diurungkan. Lha belum-belum dah da isntruksi masing-masing siswa wajib punya laptop. alamaaakkk...

    @ Blog Bisnis Muklis
    Adalah alut dan apresiasi yang luar biasa untuk beliau Mas Muklis. Realita memang menunjukkan ada sekelompok masyarakat kita yang tersisih dari ruang pendidikan dengan kategori layak. Dan itu patut kita perjuangkan karena bukan mustahil perjalanan negeri ini kelak bermuara ke tangan-tangan mereka.
    Alangkah egois dan nistanya kita jika hanya memenuhi pendidikan sang kaum borju sedangkan kaum papa hanya gigit jari.

    @ Kuliah Gratis
    Jika ada sekolah biasa tapi kualitas pengajaran bagus, itu sangat2 baik dan mungkin itu harapan semua pihak. Tapi agaknya itu juga sulit. Bagaimanapun juga pendidikan tetap membutuhkan biaya, dan besar kecilnya biaya saat ini sangat menetukan kualitas kegiatan belajar mengajar.

    @ David
    Wah itu kabar yang sangat bagus Mas david. ternyata masih ada sekolah yang berkualitas dengan biaya yang minim. Saya semakin penasaran dengan profil sekolah tersebut dan bagaimana manajemen pengelolaan keuangannya.

    @ Hanita
    Itu sudah biasa mbak. Sekolah berkualitas tentu akan meminta input yang berkualitas pula

    @ Wellsen
    Betul sekali Mas Wellsen. Bonafiditas yang hanya diukur dari kondisi fisik saja belumlah cukup. Manajemen pengelolaan dan sistem KBM serta kurikulum semuanya harus sinkron.
    Amiinnn...atas doanya.

    Salam Istimewa!

    BalasHapus