Sabtu, 13 Juni 2009

Termehek-Mehek Di Sekolah

Kelulusan Ujian Nasional di 33 SMA dan 1 SMK adalah 0%
Pada sebagian sekolah menangah atas (SMA), pengumuman kelulusan Ujian Nasional (UN) jatuh pada hari ini Sabtu, 13 Juni 2009. Namun sebagian sekolah lain pengumuman kelulusan baru dilaksanakan hari Senin dan Selasa (15-16 Juni) besok. Jadwal pengumuman kelulusan siswa SMA untuk tahun ini memang tidak bisa serempak sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Hal itu dikarenakan beberapa sekolah masih harus mengikuti Ujian Nasional Pengganti.

Sebagaimana diberitakan media massa beberapa waktu lalu bahwa Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menemukan adanya 33 SMA dan 1 SMK se-Indonesia yang prosentase kelulusannya adalah 0% alias siswanya tidak lulus semua. Berdasarkan rumor yang berkembang ada beberapa alasan yang menyebabkan kelulusan di 33 SMA tersebut adalah 0%. Diantaranya, kertas Lembar Jawaban Komputer (LJK) yang tidak bisa dipindai dengan baik, pemindaian menggunakan kunci jawaban yang berbeda, adanya oknum Guru yang memberi kunci jawaban salah, dan siswa yang memperoleh bocoran jawaban salah dari pihak luar. Entah mana yang benar, yang jelas seluruh siswa di 34 sekolah tersebut terpaksa harus mengikuti Ujian Nasional Pengganti.

Sebelumnya, Ujian Nasional Pengganti tersebut sempat menimbulkan pro dan kontra antara Mendiknas dan DPR. Karena sebenarnya dalam Prosedur Operasional Standar (POS) Ujian Nasional 2009 tidak dikenal istilah Ujian Nasional Ulang. Yang ada hanyalah Ujian Nasional Susulan, itupun khusus diperuntukkan bagi siswa yang kebetulan berhalangan (sakit) saat Ujian Nasional (UN) berlangsung. Sedangkan bagi siswa yang sudah mengikuti UN namun tidak lulus, mereka diberi kesempatan mengikuti Ujian Kejar Paket C atau Mengikuti Ujian Nasional pada tahun berikutnya. Namun, setelah Mendiknas ngotot agar bisa dilaksanakan Ujian Nasional Ulang untuk 34 sekolah tersebut akhirnya DPR mengalah. Nah, karena Ujian Nasional Ulang tidak diatur/dikenal dalam POS UN 2009, maka namanya pun dibuat Ujian Nasional Pengganti (hehe...bisaaa.. aja). Dan sejak hari Rabu, 10 Juni yang lalu para siswa kelas XII di 34 sekolah tersebut sudah mengikuti Ujian Nasional Pengganti. Bagaimana hasilnya? Kita tunggu saja, semoga menggembirakan.

Kelulusan: Terbahak-Bahak atau Termehek-Mehek?
Dalam menyambut kelulusan siswa, ada yang tertawa terbahak-bahak dan ada pula yang menangis sampai termehek-mehek. Dan sepertinya akan menjadi ritual tahunan dalam bidang pendidikan di negeri ini. Sebuah pemandangan paradoks yang selalu muncul baik di media massa cetak maupun elektronik saat pengumuman kelulusan tiba. Biasanya, media massa akan lebih banyak mengekspos yang termehek-mehek daripada yang terbahak-bahak. Anda yang menyaksikan pemandangan tersebut bisa jadi akan merasa iba, ikut sedih, bahkan mungkin ikut termehek-mehek melihat siswa yang begitu histeris saat mengetahui dirinya tidak lulus.
Sebagai ekpresi lanjutan. Mereka yang terbahak-bahak ada yang corat-coret baju seragam, semir atau cat semprot rambut dengan beraneka warna, konvoi di jalanan kota, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termehek-mehek biasanya akan mengurung diri di kamar, mogok makan, atau membuat formasi kapal pecah di rumahnya.

Sekedar berbagi cerita, pernah suatu kali saya bertugas mengantarkan pengumuman kelulusan siswa ke rumahnya. Saat mengantarkan pengumuman kelulusan yang kebetulan siswa itu lulus, rasanya tidak ada beban bahkan dengan senang hati saya memberikan kabar gembira itu kepada siswa dan keluarganya. Namun begitu giliran mengantarkan pengumuman siswa yang tidak lulus, dibutuhkan ketegaran luar biasa untuk melakukannya. Betapa tidak, mereka jelas menunggu-nunggu kedatangan pengumuman itu di rumahnya. Namun apa lacur saat pengumuman yang dinanti-nanti itu berupa kabar buruk. Dan kabar buruk itu yang membawa adalah kita, hmmm..rasanya sangat berat langkah kaki ini. Tapi bagaimanapun juga, mau-tidak mau pengumuman itu harus diantarkan juga.

Dan, tahukan anda apa yang terjadi setelah pengumuman dalam aplop tertutup itu ia baca? Wah..dapat ditebak siswi (kebetulan ia perempuan) tersebut langsung menangis sejadi-jadinya hingga berguling-guling di lantai. Seluruh keluarganya pun ikut menangis melihat kenyataan tidak menyenangkan itu. Bahkan yang tidak pernah saya duga sebelumnya, siswi tersebut berlari ke dapur dan memporak-porandakan seluruh isinya. Tidak hanya itu, yang lebih mengejutkan adalah ia nekad mau bunuh diri. Sebilah pisau dapur ia genggam siap dihunjamkan ke tubuhnya, untunglah dengan berbagai bujuk rayu dari keluarganya, niat itu dapat dicegah. Syukurlah...pikir saya sambil menghela nafas. Tapi bagaimanapun juga ada perasaan sangat tidak enak berada ditengah suasana dan emosi yang kacau seperti itu.

Entah sampai kapan tragedi terbahak-bahak dan termehek-mehek bak drama sinetron seperti itu akan sirna dari ranah pendidikan kita. Saya hanya berharap dan berdoa yang terbaik saja untuk anak-anak kita. Mereka bukanlah kelinci percobaan atau aktor/aktris yang harus berakting terbahak-bahak atau termehek-mehek. Mereka adalah anak manusia yang masih punya masa depan.

Tidak Lulus, Bukan Berarti Kiamat
Menerima kenyataan tidak lulus sekolah tentu sangat berat. Perasaan kecewa dan terpukul akan bertubi-tubi menyesak di dada. Namun ingat, tidak lulus bukan berarti akhir dari segalanya. Teguhkan diri dan tegarkan hati untuk menerima kenyataan. Jangan salahkan diri sendiri atau orang lain atas kegagalan anda. Hal itu justru akan membuat anda semakin frustasi dan sakit hati. Percayakan diri untuk selalu mengambil sisi positif dari setiap kejadian, meskipun sangat sulit pada mulanya namun menjadi indah pada akhirnya. Bisa jadi, ketegaran dini yang anda jalani akan penting artinya bagi perjalanan hidup anda berikutnya.

Masa SMA bukanlah pintu terakhir, melainkan pintu gerbang bagi kehidupan yang sebenarnya. Masih banyak rintangan di depan sana, yang butuh ketegaran dalam menghadapinya. Oleh karena itu, mengambil hikmah dari ketidaklulusan adalah sikap yang terbaik. Agar anda lebih mengenal siapa sebenarnya anda.
Saya ulangi...
Agar anda lebih mengenal....... Siapa sebenarnya Anda?


Terimakasih dan Salam Istimewa!









27 komentar:

  1. Tidak lulus bukan akhir dari hidup,namun kadang satu hal ini cukup meninggalkan bekas yang kuat dlm hidup, sebaiknya kita tanamkan positif thinking karena perjalanan hidup masih panjang, daripada berlarut sedih lebih baik mengerjakan hal lain yang bermanfaat, karena tidak lulus SMU hanya sebagian kecil saja dari cerita hidup, masih banyak yang harus dikerjakan. Salam sukses...!!!

    BalasHapus
  2. Kasihan sekali kalo ada yang tidak lulus hanya karena scanner kertas jawaban yang jelek..

    Betul kata mas Puja..
    Tidak lulus bukan berarti akhir dunia..
    Bangkit dan tetap semangat :)

    BalasHapus
  3. ketidak lulusan mungkin hanya karena kemampuan kognitifnya yang kurang, tapi mungkin siswa mempunyai kemampuan lain yang bisa dikemabangkan untuk masa-depannya. Sebetulnya "tidak ada istilah gagal, yang ada hanyalah suatu pengalaman".


    SALAM "BISA"


    wiwityudiantara@gmail.com

    BalasHapus
  4. @ David
    Ya Mas, terdapat pelajaran maha berharga dari ketidaklulusan. Itu hanya sebagai pemanasan awal saja. Mudah-mudahan anak didik kita tetap percaya diri dan tidak putus asa.
    Sekolah bukan satu-satunya jalan penentu kesuksesan. Jangan bersedih berlarut-larut. Segera bangkit dan cari jalan kesuksesan hidup yang lain.

    @ Wellsen
    Memang patut disayangkan Mas. Tapi itulah sifat buatan manusia, tidak ada yang sempurna.
    Terimakasih supportnya untuk Pelajar Indonesia.

    @ Blog Biologi & Bisnis
    Sangat tepat Mas. UN memang hanya menilai kemampuan kognitif. Padahal setiap manusia dibekali dengan kemampuan psikomotorik dan afektif yang kesemuanya saling bersinergi untuk mewujudkan kesuksesan hidup.
    Pemahaman terhadap makna kegagalan secara benar mari kita sebarluaskan.

    Salam istimewa!

    BalasHapus
  5. waduh pak guru sedang doyan acara tv neh

    BalasHapus
  6. wah... kasihan ya kok sampai segitunya.
    Juga PRIHATIN atas kasus seperti ini.

    salam kenal pak Guru

    BalasHapus
  7. waktu berita bahwa ada beberapa sekolah yg seluruh siswanya tidak lulus, saya langsung ingat mas umar.

    satu hal menanggapi kenyataan itu, membuktikan bahwa ada ketidak beresan dalam dunia pendidikan kita. semoga kedepan akan semakin baik

    [lanjutkan? lebih cepat? atau sekolah kerakyatan? he he he]

    BalasHapus
  8. Kalau tingkat kelulusannya ada yang 0%, siapa yang salah ya? Tingkat kesulitan testnya yang sangat tinggi atau sistem pendidikannya yang salah?

    BalasHapus
  9. WAH SANGAT DISAYANGKAN SEKALI HAL ITU BISA TERJADI KASIAN PARA SISWA YANG TAK LULUS,TAPI SEBAGAIMANA YANG TELAH DI UTARAKAN MAS UMAR DI ATAS,BAHWA SEMUA KEJADIAN PASTI ADA HIKMAHNYA,SATU CONTOH.AGAR PARA SISWA BISA INTROSPSEKSI DIRI LAGI,AGAR SISWA SENANTIASA TETEP MWAWS DIRI HATI-HATI,JANGAN CEPAT PERCAYA DAN TERUTAMA IKUT-IKUTAN DALAM MENDENGAR SATU BERITA ATAUPUN HAL LAIN,MISALNYA DENGAN ADANYA KUNCI JAWABAN PASLU,YANG PENTING KUNCINYA BELAJAR,PERCAYA DIRI SENDIRI ATAS SEGALA USAHA,INI PELAJARAN YANG HARUS DI RENUNGKAN DALAM AGAR BISA DI JADIKAN PENGALAMAN UNTUK TAK TERULANG LAGI,SALAM

    BalasHapus
  10. Sebetulnya terbahak-bahak atau termehek-mehek adalah merupakan efek samping saja dari hasil akhir proses belajar dan mengajar di kelas. Kita pada umumnya akan tergopoh-gopoh apabila pada akhir dari suatu proses telah terjadi apa yang tidak kita inginkan. Kita serta merta menyalahkan pihak-pihak tertentu untuk menanggung semua yang telah terjadi. Sebetulnya hal tersebut bisa diantisipasi sejak dini, karena dalam tiap semester atau bahkan dalam mid semester prestasi para siswa-siswi bisa diketahui. Sehingga apabila ada hal-hal yang nantinya membuat gagal siswa sejak dini sudah dapat dihindari. Indonesia sebetulnya sudah merdeka lebih dari setengah abad lamanya. Tapi mengapa dalam bidang pendidikan masih selalu ada peristiwa yang lucu...?
    Salam hangat, mas Umar...!

    BalasHapus
  11. Mas Guru saya juga bingung senada dengan mas Sum, memang standartnya yang sulit atau realisasi dari program pengajarannya yang mungkin ga nyampai ke anak didik, mohon penjelasannya ya Mas, terimakasih salam sukses dan salam hangat dari BBM

    BalasHapus
  12. Iya benar, tidak lulus sekolah bukan berarti kiamat, kita harus bisa mengambil segi positifnya, terima kasih. ini postingan yang sangat penting sekali!

    BalasHapus
  13. well inilah mengapa hingga saat ini saya masih tidak sepakat dengan UN yang dijadikan penilaian akhir lulus tidaknya siswa. Ada kesan bahwa perdjoeangan siswa selama ini (ulangan harian, tugas, dll) seakan tidak ada artinya.

    Mau ulangan remidi terus, tugas hasilnya jelek, yang penting UN bagus, pasti lulus. Dan seperti kata mas umar ada banyak potensi di dalam diri kita selain masalah akademik. INi tentu patut masuk dalam penilaian juga mengingat di dunia kerja yg dibutuhkan tidak hanya kemampuan akademik namun juga non akademik.

    Salam SUkses,

    BalasHapus
  14. UN saya melihatnya sudah menjadi satu bentuk teror dan penyebab stress berat di Indonesia. kemarin salah satu teman hipnosis bahkan cerita, ada satu SMA yang mengundangnya untuk memberikan terapy di sana karena murid dan guru sama-sama stress berat karena mau UN.

    terlepas dari cerita bahagia karena semua lulus, saya hanya berharap para pembuat kebijakan bisa lebih wisdom melihatnya. karena ketika termehek-mehek lah hasil akhirnya, kemungkinan besar luka itu akan membekas sampai akhir masa hayatnya. kecuali dia bisa ketemu teman saya itu atau siapapun lah yang bisa mendampinginya. lha kalau ndak. tak terbayang deh...

    BalasHapus
  15. Sisitem pendidikan kita saya kira masih mencari bentuk terbaik agar bisa melahirkan lulusan yang baik pula.. Soal kelulusan 0% pasti ada sesuatu yang salah.. Semoga bagi yang nggak lulus bisa tegar menghadapi kenyataan dan terus belajar agar lulus tentunya..

    BalasHapus
  16. @ Mashengky
    Hehehe....gak juga sich mas, cuma comot diksi aja. Kebetulan kok hampir sama maksudnya, ya udah jadi kayak gini dech.

    @ Munif
    Ya, begitulah Mas. Dampak dari sistem pendidikan yang ....

    @ Fadly Muin
    Ah, Mas Fadly ini bisa aja.
    Ketidakberesan dalam sistem pendidikan dinegeri ini tentu masih ada Mas. Semua berpulang pada para penentu kebijakan tersebut. Mau dilanjutkan, atau lebih cepat lebih baik diperbaiki.

    @ Sumartono
    Menurut saya sich tidak terkait dengan tingkat kesulitan soal, karena setahu saya soal UN sudah distandarisasi untuk seluruh siswa se-Indonesia.
    Sepertinya hanya masalah sistem saja yang masih ada masalah.

    @ Imam Meqels
    Terimakasih support dan masukannya Mas Imam.
    Mudah-mudahan apa yang anda sampaikan bisa dipalikasikan oleh para peserta didik di negeri ini.

    @ M.Ansori
    Kemerdekaan dalam bisang pendidikan untuk saat ini masih mengambang Mas. Berteriak demi perbaikan pun masih dianggap anjing menggonggong dan kafilah pun tetap berlalu.

    @ BBM
    Hanya sistemnya saja yang masih ada masalah mas.

    @ Cara Buat Web
    Terimakasih Mas.

    @ Arief Maulana
    Kalau versi pemerintah sich, pengadaan UN demi mendongkrak kualitas siswa di Indonesia. Tapi faktanya, tingginya nilai UN hanya mentok di atas kertas saja. Beribu cara pun disusun sedemikian rupa untuk menorehkan angka terbaik di atas kertasnya masing-masing. Tidak perduli cara itu baik atau buruk, yang penting menguntungkan. Hingga terkadang guru pun justru merancang jurus tidak baik demi mengegolkan siswanya dalam percaturan UN. Huff... sangat memprihatinkan jika generasi bangsa kita mendatang adalah orang-orang yang pintar namun tidak bermoral. Salah siapa?

    @ Onabunga
    Wah, memprihatinkan juga ilustrasi ceritanya mbak. Memang kedepannya harus ada pembenahan terkait dengan pelaksanaan UN. Yang jelas, jangan sampai ada efek negatif akibat UN tersebut. Kasihan anak-anak kita, karena siapa tahu mereka yang saat ini di cap bodoh justru kelak adalah orang yang sukses dalam hidupnya.

    @ Zamahsari
    Amiin...memang masih ada yang perlu dibenahi Mas. Ketidaklulusan 0% sebenarnya adalah indikasi adanya ketidakberesan dalam sistem pendidikan kita. Semoga kedepannya ada perubahan yang lebih baik.

    Salam Istimewa!

    BalasHapus
  17. Pas baca judulnya sempat tercengang juga lho mas..Setelah saya mengikuti beberapa artikel sebelumnya, pak guru sering mengatakan bahwa sistem pendidikan yang ada sekarang ini sudah lebih baik dari periode" sebelumnya. Ternyata ada kejadian seperti ini, yang ada dibenak saya berarti dulu separah apa ya mas...
    Atau mungkin dulu tidak terekspos seperti sekarang jadi seakan-akan semuanya normal..
    Nice info mas,

    salam sukses

    BalasHapus
  18. lalu kalau banyak siswa yang gak lulus yang disalahkan siapa coba?

    BalasHapus
  19. Banyak faktor yang mempengaruhi kelulusan, salah satunya mungkin faktor kesehatan.
    Pada saat UN, sakit yang ringan sekalipun dapat mengganggu kegiatan dan konsentrasi siswa dalam mengikuti ujian. Misalnya sakit kepala, demam, batuk dan flu.
    Untuk itu peran Guru sangat diperlukan untuk mengingatkan siswa agar menjaga kesehatannya sebelum mendekati hari ujian, hal ini supaya siswa dapat berkonsentrasi penuh selama UN berlangsung.

    BalasHapus
  20. @ Ricky
    Saya membiasakan diri untuk bersikap objektif dalam menilai mas. Termasuk dalam hal keberhasilan-keberhasilan dalam bidang pendidikan yang diraih pada periode saat ini.
    Dan Ujian Nasional memang masih menjadi momok dalam bidang pendidikan saat ini. Kebijakan pelaksanaan Ujian Nasional masih perlu ditinjau ulang agar memberi efek yang betul-betul bermanfaat bagi siswa maupun proses pendidikan yang ada. Dan tidak lagi menimbulkan kerugian bagi siswa.

    @ T. Wahyudi
    Penyebabnya sangat kompleks mas. Untuk itu semua pihak, baik siswa, guru, dan pemerintah harus mengevaluasi diri untuk memperbaiki kesalahan yang masih terjadi.

    @ Dedy
    Benar Mas Dedy. Secara logika terkadang terkesan tidak adil jika proses pendidikan selama tiga tahun hanya dinilai selama lima hari. Tragisnya jika dalam lima hari itu kondisi siswa tidak fit.
    Imbauan guru sudah berkali-kali dilakukan mas, tapi namanya siswa, terkadang mereka sendiri yang kurang memperhatikan imbauan gurunya.
    Terimakasih sarannya.

    BalasHapus
  21. Dalam suatu ujian, memang ada 2 konsekuensi, lulus atau tersisih. yang paling penting adalah bagaimana cara kita menyikapinya saja... :)

    BalasHapus
  22. MAna yang baru nih pak Guru.. lagi sibuk rupanya ya.. nitip link aja ya stop dreaming start action

    BalasHapus
  23. Ada berita heboh nih ternyata, kaget baca diawal ada sekolah yang 0% persen lulusnya, apalagi bukan satu tapi 34, sangat banyak sekali.
    itulah potret pendidikan kita sekarang, siswa terkesan dipaksa utk memenuhi standar kelulusan, akhir mencari jalan pintas salah satunya nyari bocoran, tapi malah terjebak dengan jawaban yang slah, kasihan

    BalasHapus
  24. Tidak lulus memang bukan berarti kiamat mas....

    Kalo ngga lulus-lulus yah bisnis aja...he..he..
    Kan bisnis yang penting insting dulu diasah baru ilmu sambil jalan diserap. Bukan begitu mas...?

    Keep Mengembalikan-jati-diri-bangsa!!!

    BalasHapus
  25. Kadang bingung juga dengan siswa yang ga lulus. Memang selama 3 tahun di sekolah itu ngapain aja kalau dengan standar yang rendah masih ga lulus? Mustinya introspeksi dulu. Karena pasti materi yang diujikan sudah diajarkan semua.
    Kalau itu sekolah di pelosok dengan sarana pendidikan yang minim saya bisa maklum. Kalau memang otaknya ga mampu seharusnya sejak awal tidak diterima di sekolah itu dan mencari alternatif pendidikan yang lain.
    Maaf mungkin kritikan saya terlalu keras. Semoga menjadi pelecut agar kita lebih giat belajar.
    Ga lulus memang bukan berarti kiamat. Andre Wongso tuh SD aja ga tamat, tapi sekarang banyak srjana yang mau belajar padanya dan datang di seminarnya.

    BalasHapus
  26. @ Maskuncoro
    Benar Mas, paling tidak penyikapan yang baik dapat mengurangi efek terburuk yang mungkin saja diakibatkan.

    @ Zamahsari
    Masih ada kesibukan yang lumayan menyita waktu Mas Zam. Nitip link silakan saja, semoga termasuk salah satu dari sepuluh pemenang kontes SEO Joko Susilo. Amiinn..

    @ Aliyusrie
    Begitulah realitanya Mas. Pada sisi yang lain, UN tidak lantas memandaikan dan mencerdaskan siswa tapi justru semakin membodohkan. Bahkan yang sebelumnya termasuk anak pintar pun dapat mendadak menjadi bodoh karena UN.

    @ Jati Diri Bangsa
    Hehehe...usulannya boleh juga tuh Mas. Untuk menjadi pebisnis yang sukses memang tidak selalu butuh pendidikan yang tinggi. Cukup dengan pandai membaca peluang dan ketajaman insting bisnis.

    @ Bang Dje
    Terimakasih masukan dan kritikannya Bang. Memang semua perlu instropeksi dan mengevaluasi atas musibah ini. Mudah-mudahan kedepannya musibah ini tidak akan terulang lagi dan menjadi pelajaran yang sangat berharga.

    Salam Istimewa!

    BalasHapus
  27. ya ... memang pendidikan sekarang seperti itu adanya...pastilah lebih baik dari pada yang dulu .. hanya kadang sistemnya yang berubah Salam Sukses aja deh mas

    BalasHapus