Minggu, 23 November 2008
Berubahlah Agar Anda Bahagia
Begitu banyak orang yang mendambakan hidup bahagia. Namun bila mereka ditanya satu persatu, apakah Anda sudah bahagia? Banyak di antara mereka yang sejenak terhenyak, lalu kemudian dengan tulus mengatakan belum bahagia. Hanya sedikit dari mereka yang dengan sigap dan lantang mengatakan ia sedang bahagia. Kenapa demikian? Terlalu sulitkah mencari kebahagiaan hidup itu?
Memang tidak ada kebahagiaan yang absolut di dunia ini. Bisa saja hari ini kita bahagia tapi besok mungkin tidak, atau hari ini kita sedih dan susah tapi besok bahagia. Sangat jarang orang yang selama hidupnya selalu bahagia, atau sebaliknya selalu susah dan menderita. Kecuali jika sejak lahir hingga tua ia hanya berdiam diri dan tidak melakukan usaha apapun. Karena Muhammad SAW sendiri pernah bersabda: ”Allah tidak akan merubah nasib seorang hamba hingga ia berusaha untuk merubahnya sendiri”.
Ada banyak faktor sebenarnya yang membuat kita bisa bahagia dalam menjalani hidup. Namun secara umum hanya dikelompokkan menjadi dua faktor saja, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Secara eksternal faktor itu bisa berupa: teman-teman yang care, keluarga dan handai taulan, kecukupan sandang-pangan-papan, aset yang bertebaran di mana-mana, deposito unlimited, jabatan dan kekuasaan, popularitas,dan lain sebagainya. Sedangkan secara internal hanya satu saja yaitu hati/jiwa. Agar tercipta kebahagiaan yang sempurna, keduanya harus ada dan saling melengkapi. Kehilangan salah satu saja maka kebahagiaan itu menjadi tidak sempurna atau bahkan hilang sama sekali. Namun ada yang dominan di antara keduanya, yaitu faktor internal (hati). Hal ini sangat lumrah karena bahagia adalah sebuah perasaan dan perasaan muaranya adalah hati.
Tidak heran jika kemudian banyak orang mengatakan ”Yang penting hatinya bahagia, yang lain ntar dulu”. Benarkah pernyataan itu? Tidak juga, karena pada babak berikutnya, dia pasti akan sibuk berusaha menghibur hatinya sendiri agar tetap merasa bahagia. Hingga tak pernah melakukan apapun, tanpa sadar pula anaknya merengek minta uang jajan, istrinya pontang-panting mencari tambahan penghasilan, ayah-ibunya sakit tak mampu memberi obat dan perawatan yang layak. Bila itu terjadi, dan saya yakin demikian maka alangkah egoisnya orang yang menyandarkan kebahagiaan hanya di hati semata.
Dari sini seharusnya kita mulai sadar bahwa kebahagiaan hidup yang kita rasakan sesungguhnya tidak hanya milik kita, tetapi juga milik orang-orang di sekeliling kita. Kita miskin dan susah maka orang disekeliling kita akan kecipratan susah. Tapi jika kita kaya dan bahagia, maka orang-orang di sekeliling kita pun turut berbahagia. Bukankah lebih menyenangkan melihat orang lain bahagia karena keberadaan kita, daripada melihat orang lain susah karena adanya kita.
Segeralah berubah kawan, kebahagiaan ada di tangan Anda, dan di sinilah Anda dapat temukan resepnya.
Label:
Guru,
hati,
hidup bahagia,
hidup susah,
Penghasilan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar