Rabu, 10 Desember 2008

3 Cara Melepas Belenggu Kesakralan Guru


GURU bukanlah DEWA yang harus selalu dipuja
GURU bukanlah MALAIKAT yang tidak punya nafsu dan hasrat
GURU bukanlah BATU yang keras hati dan kepala
GURU bukanlah segala-galanya ...
GURU adalah manusia biasa yang bisa salah dan lupa, punya nafsu dan perasaan, serta perlu makan dan kekayaan.

Kalimat pembuka di atas bukan saya maksudkan untuk merendahkan status dan profesi Guru. Saya sendiri adalah Guru dan bangga dengan profesi yang saya sandang. Jadi alangkah tidak menguntungkannya jika saya rendahkan profesi saya sendiri. Lalu apa sebenarnya maksud saya menulis kalimat-kalimat tersebut. Satu niat saya agar saya dan Anda sepakat dan mengakui bahwa kita adalah manusia biasa. Setelah itu mari rombak total cara pandang (mindset) kita terhadap profesi ini. Salah satunya adalah dengan melepas belenggu kesakralan yang selama ini melekat pada profesi Guru.

Yang saya maksud dengan sakral adalah terlalu mengagung-agungkan status Guru. Lebih-lebih dengan sengaja Anda ingin diagungkan sebagai Guru. Baik di mata anak didik maupun oleh masyarakat luas. Ingat kawan, tindakan ini sekilas menguntungkan tetapi jika ditelaah lebih lanjut ternyata malah menyesatkan. Kesakralan yang dibuat secara sengaja ataupun tidak ternyata menyebabkan kita menjadi tidak profesional, tidak kreatif, dijauhi siswa, bahkan menakutkan.

Masih ingatkah Anda saat masih bersekolah dulu, mungkin ada Guru Anda yang terkenal ’galak’ saat mengajar. Anda salah sedikit langsung dihukum lalu sedikit-sedikit main ancam. Atau mungkin ada Guru Anda yang sangat Anda segani sampai-sampai Anda merasa malu atau enggan menyapanya saat bertemu di jalan. Mungkin juga ada Guru Anda ketika mengajar selalu bercerita panjang lebar tentang kisah-kisah hidupnya di masa lalu. Sekali dua kali mungkin Anda maklumi, tapi ketika kisah itu diulang-ulang bahkan dibangga-banggakan, akhirnya Anda pun muak juga.

Apakah Anda masih ingin mengulang cerita di atas kawan? Jika tidak, berikut saya bagikan cara mudah agar Anda tidak tersesat ke dalam jurang kesakralan. Mudah-mudahan dengan cara ini kesakralan yang masih membelenggu Anda segera terlepas.

1. Biasakan mengajar dengan teknik active learning
Walaupun Anda memiliki pengetahuan lebih daripada siswa Anda, bersabarlah untuk tidak mendominasi kelas. Ciptakan dan berikan ruang bagi siswa Anda untuk aktif bicara semampu mereka. Ajak semuanya untuk urun pendapat tentang materi Anda. Jangan memvonis apa pun terhadap pendapat mereka, nanti mereka malah takut bicara. Biarkan saja dan jadilah pendengar yang baik. Bila mereka masih takut buka mulut, pancing dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka. Benturkan pendapat-pendapat mereka agar tercipta komunikasi dinamis di kelas Anda. Dan terakhir baru Anda simpulkan saja seluruh argumen yang ada. Ingat sekali lagi jangan pernah memvonis salah secara langsung terhadap pendapat siswa Anda.
Pada teknik lanjut, active learning bisa ditambahi dengan unsur gerak (psikomotorik) sehingga terjadi mobilitas di kelas.

2. Bergaulah dengan Siswa
Ini kelihatannya sepele tapi rupanya masih bayak Guru yang kesulitan atau menolak mentah-mentah cara ini (takut turun wibawanya). Jangan kawan, bila Anda ingin melepas belenggu kesakralan yang melekat pada diri Anda usahakan selalu bergaul dengan siswa. Tentu siswa Anda sangat senang jika Gurunya care dan mengerti kemauan mereka. Tapi sebelum menggunakan teknik ini saya harap Anda tidak mengorbankan wibawa Anda. Wibawa adalah senjata Anda untuk mengendalikan kelas, tapi bukan untuk menakuti siswa Anda. Untuk itu Anda dan siswa Anda harus mengerti dulu batas-batasnya, atau lebih baik berikan pengertian kepada siswa Anda untuk tidak melanggar batas-batas itu. So, cara-cara sederhana berikut mungkin bisa Anda pergunakan untuk bisa bergaul lebih dekat dengan siswa Anda.
• Ngobrol dengan seorang atau beberapa siswa Anda pada waktu istirahat dengan topik bebas. Usahakan bergiliran sehingga semua siswa Anda bisa merasakan ternyata Anda enak juga diajak ngobrol.
• Sekali-kali berkirim sms dengan kata-kata mutiara atau motivasi.
• Jenguk siswa Anda yang sakit.
• Sempatkan beri ucapan selamat ulang tahun.
• Rujakan, bakar jagung, atau bakar ikan bareng-bareng. dll

3. Ikutilah kegiatan-kegiatan sosial
Mentang-mentang Anda seorang Guru jangan lantas tidak bergaul dengan masyarakat sekitar, kawan. Bisa-bisa Anda dianggap angkuh dan sombong. Ini sangat berbahaya bagi kelangsungan profesi maupun status Anda di masyarakat. Terutama bagi Anda Guru PNS yang ditempatkan di luar wilayah Anda dan Anda bermukim di sana. PAndai-pAndailah menyesuaikan diri dengan masyarakat Anda.
Jangan pula bersikap eksklusif dan tidak mau tahu dengan kondisi lingkungan Anda. Mungkin Anda tidak membutuhkan mereka sekarang, tapi percayalah suatu saat nanti Anda membutuhkan mereka.
Banyak kegiatan yang dapat Anda ikuti untuk mengakrabkan Anda dengan masyarakat Anda, misalnya:
• kerja bakti kampung
• arisan / tahlilan
• olahraga sore
• dll

Sebelum saya posting, artikel ini telah dibaca rekan-rekan saya dan menuai pro dan kontra terutama poin nomor dua. Bagaimana dengan pendapat Anda?

3 komentar:

  1. Salam kenal mas umar...
    Kalo semua guru seperti mas yang gak mau ketinggalan IT, pastilah murid-murid anda juga seperti anda yang luas wawasannya, dijamin murid anda smart & excelent deh .. seperti gurunya...hehehe
    sekarang lagi nyoba buat bisnis yg lain nich? mudah2an sukses ya?

    wassalumu'alaikum,
    http://www.gardubisnis.co.cc

    BalasHapus
  2. @ jpurnomo
    Terimakasih mas, saya tetap bermimpi suatu saat nanti saya mengajar tidak perlu digaji, sebagaimana Allah SWT yang memberikan ilmunya kepada manusia dengan gratis.
    Terimakasih sudah berkunjung.

    BalasHapus
  3. saya sepakat dengan ketiga-tiganya.

    Salam kenal Pak Guru Umar.
    trima kasih kunjungannya

    BalasHapus