Kamis, 02 April 2009

Selingkuh, Mengamankan Finansial Anda (2)


Ini adalah sambungan dari artikel sebelumnya. Semoga anda sudah membacanya. Kalau belum, saya sangat berharap anda membacanya terlebih dulu di sini, karena tulisan sebelumnya sangat erat alurnya dengan tulisan kali ini.

Akhirnya Masa Kejayaan Itupun Runtuh Juga
Tak pernah terbersit sebelumnya jika melangitnya harga karet di pasar internasional itu ternyata hanya sekejap saja. Sedang masyarakat di sini masih asyik berkubang dengan mimpi-mimpi manisnya. Ibarat orang yang menemukan sebungkus nasi setelah seminggu tidak makan. Mereka terlihat sangat rakus dan saling berlomba menghias diri dengan berbagai kebutuhan sekundernya. Hingga saya pun hanya bisa tertegun sambil bertanya dalam hati, ”Beginikah sikap para jutawan dadakan? pongah dan kemaruk”.

Ibarat banjir bandang di Situ Gintung, kabar buruk itu pun datang menerjang pada pertengahan tahun 2008. Ya, kabar buruk dari negara adidaya yang menyatakan negaranya sedang tertimpa masalah keuangan (bermula dari terjadinya kredit macet sektor properti), yang kemudian diberi label krisis keuangan global.

Pengalaman manis selama krisis moneter tahun 1997 lalu membuat masyarakat di sini awalnya masih apatis dengan kabar buruk tersebut. Bahkan beberapa orang masih sempat sesumbar bahwa harga karet akan bisa menembus angka Rp 20.000,- dan tidak akan bisa turun. Asumsi ini dilandasi fakta bahwa memang sejak tahun 1997 harga karet cenderung terus naik, dan tidak pernah sekalipun turun.

Walhasil, aksi merias hidup dengan aneka kebutuhan sekunder tetap berlangsung seperti sedia kala. Namun, mimpi-mimpi manis itu pun akhirnya porak-poranda, ketika melihat fakta harga karet betul-betul terjun bebas. Harga karet yang semula Rp 15.000,- mendadak terhempas ke level Rp 8.000,- inilah babak awal runtuhnya masa kejayaan itu. Banyak mata hanya bisa terbelalak tak bergerak, mulut pun hanya bisa ternganga bengong. Seolah tak percaya dengan kenyataan yang dihadapi. Tak ada yang bisa dilakukan, selain mojok sana-sini mencari kawan senasib untuk saling curhat, bertukar kesedihan tanpa ada penyelesaian.

Bulan demi bulan pun berjalan, bukannya ada kenaikan harga atau paling tidak stabil di angka Rp 8.000,- tapi justru harga semakin anjlok. Dan bulan Maret lalu harga karet hanya mampu menyetuh level Rp 5.000,- per kilogram. Dengan asumsi semula bahwa satu hektar kebun karet menghasilkan 3 kwintal getah, maka uang yang bisa masuk ke kantong hanyalah Rp 1.500.000,- atau turun sekitar 80% dari penghasilan semula.

Andai untuk mencukupi kebutuhan hidup normal saja, mungkin uang 1,5 juta tersebut cukup untuk satu bulan. Namun faktanya tidaklah demikian. Buah dari aksi merias hidup dengan berbagai aksesoris sekunder itu telah menyisakan jejak hutang di bank yang segunung. Ada yang Rp 2 juta, 4 juta, bahkan 5 juta perbulan. Inilah yang akhirnya membuat masyarakat petani karet di sini kalang kabut. Bahkan beberapa mengalami stres karena beban hutang yang sedemikian berat. Dengan penghasilan 1,5 juta sedangkan hutang 2 juta saja, berarti harus nombok 500 ribu untuk menutupnya. Lalu bagaimana dengan biaya hidup keluarga, sekolah anak, dan lain sebagainya. Uang dari mana untuk itu semua? Mau hutang, hutang kepada siapa? Piuh... dipikir-pikir bisa mateng juga di otak tanpa bisa terpecahkan.

Dan cerita buruk ini sepertinya akan semakin buruk, karena beberapa hari yang lalu saya sempat menyimak berita bisnis bahwa arus ekspor impor diprediksi belum akan mengalami peningkatan hingga akhir tahun ini. Berita buruk lainnya, dua pabrik otomotif terbesar di Jepang akan menghentikan produksinya tahun ini, yang berarti permintaan karet sebagai bahan baku ban juga akan menurun. Hmmm...akankah kabar buruk ini benar-benar akan berlanjut di bulan-bulan mendatang? Semoga saja tidak.

Dua Poin Penting Dalam Berselingkuh Bisnis
Di sinilah sebenarnya poin penting dari makna selingkuh bisnis yang saya maksud. Saya tidak ingin beradu argumen dengan anda mengenai kata selingkuh itu. Itu hanyalah sekedar bahasa kias yang saya harap bisa lebih merangsang anda untuk melakukan usaha dini dalam menjaga stabilitas bahkan produktifitas kondisi finansial keluarga anda. Dan ilustrasi di atas saya harap menjadi pelajaran berharga bagi kita bahwa segala sesuatu dapat saja terjadi tanpa pernah kita prediksi sebelumnya. Terlepas itu sebagai efek hukum karma atau apa yang jelas, mari mengambil pelajaran dari yang sudah ada.

Ternyata negara se-adidaya Amerika Serikat saja bisa tertimpa krisis keuangan yang sangat pelik. Ternyata kapal Titanic yang sedemikian kokoh dan mewahnya bisa terbelah dan karam. Ternyata petani karet yang semula hidup gelamor pun kini seolah menjadi kere, dan sederet ternyata-ternyata yang lain. Dari semua fakta itu masihkah anda akan dengan PeDe-nya tetap meletakkan telur dalam satu keranjang saja?

Memang sih, tidak ada garansi bahwa selamanya selingkuh bisnis akan semakin membuat keadaan finansial keluarga anda lebih baik. Dalam hal ini saya sepakat dengan apa yang diutarakan Mbak Onabunga, Mas Ricky, dan Mas Sumartono pada komentar di tulisan sebelumnya bahwa managemen profesional tetap harus menjadi pegangan utama. Atau dengan istilah lain dalam rangka mencegah terjadinya telur yang membusuk sebelum menetas. Dan untuk itulah ada beberapa hal yang pelu diperhatikan ketika anda benar-benar memutuskan berselingkuh bisnis.

  1. Kokohkah dulu bisnis sebelumnya.
    Di sini anda harus memastikan terlebih dulu bahwa bisnis yang sekarang anda jalani sudah memiliki profit yang stabil. Ini sangat penting karena program selingkuh yang akan dilakukan membutuhkan support dana dari bisnis pertama.
    Selain itu, karena anda akan fokus pada program selingkuh anda, maka kokohnya bisnis pertama akan membuat anda lebih tenang dan konsen di bisnis ke dua.
    Namun ada juga yang nekad untuk berselingkuh bisnis tanpa memperhatikan faktor kokohnya bisnis pertama. Menurut saya hal itu tidak masalah, beda orang kan beda prinsip. Yang penting selingkuh bisnis bisa profitable, jangan sebaliknya.

  2. Usahakan berselingkuh pada bisnis yang berbeda.
    Saya sangat menyarankan untuk melakukan diversifikasi ketika berselingkuh bisnis. Sebagai contoh, misalnya bisnis pendahulu anda adalah percetakan maka anda dapat memilih usaha rumah kos, rumah makan, atau binis online sebagai pilihan selingkuh bisnis.
    Untuk Mas Dadang, inilah yang saya maksudkan agak berbeda dengan usulan bisnis dari anda yaitu: Perkuat Pusat Perbanyak Cabang. Karena dalam selingkuh bisnis ini yang saya tekankan adalah pada diversifikasinya itu.
    Pentingnya divesifikasi ini adalah untuk meminimalisir efek negatif dari tsunami bisnis yang sewaktu-waktu bisa saja datang. Misalnya, pada keadaan sekarang yang sedang terjadi tsunami berupa krisis keuangan global, usaha ekspor-impor paling terpukul sedangkan usaha lain seperti pertanian padi, pelayaran domestik, rumah makan, dan bisnis online tetap survive.
    Jika anda perhatikan, pengusaha kelas kakap seperti Sampoerna dan Ciputra pun juga melakukan diversifikasi dalam bisnisnya.

Demikianlah kawan imbauan bisnis dari Bisnis Guru, mudah-mudahan dua tulisan bersambung ini bisa memberi paradigma baru dalam kelangsungan bisnis anda. Saya sadar tidak pernah ada seorangpun dari anda yang berharap mengalami tsunami finansial, sebagaimana masyarakat di daerah saya. Namun, apakah terlalu berlebihan bila kita melakukan save sebelum tsunami itu benar-banar terjadi. Tidak ada yang tidak mungkin terjadi di dunia ini, terlebih lagi dalam hal bisnis. Pasang surut bisnis adalah hal yang lumrah, namun sudah siapkah anda menghadapi itu semua?


Salam Istimewa!







20 komentar:

  1. Bisnis adalah bisnis. dalam bisnis pun perlu adanya tambal sulam (dengan bisnis laennya). bukan berarti gali lubang tutup lubang.

    Apapun yang kita lakukan usahakan enjoy, karena semua seperti roda yang berputar (jika pingin liat roda itu, coba perhatikan perjuangan harmster yang terus berlari pada suatu roda).

    Semua demi untuk beribadah dan mendapatkan ridhoNYA. Dan bertahan hidup didunia.

    salam sukses untuk GURUKU

    BalasHapus
  2. Mantap...!

    1st. Kejatuhan Amerika sebenarnya sudah diprediksi dengan baik oleh Duet Maut Business Tycoon - Robert T. Kiyosaki ft Donald Trump.

    Waktu itu mereka mengatakan akan ada 10 bencana finansial yang melanda bangsa Amerika di sebuah buku "Why We Want You To Be Rich".

    Yg bisa kita ambil disini adalah... ketika ada angin tidak enak berhembus dari pakar bisnis terkemuka... bersiaplah! Bisa jadi itu awal titik balik manisnya bisnis Anda.

    2nd. Itulah manusia. Kalau sudah di atas lupa bahwa roda itu selalu berputar. Sesukses apapun kita selalu ada badai yang siap datang dan menerjang. Pertanyaannya sudah siapkah kita dengan fondasi yg kuat ketika badai datang?

    3rd. Jngan lupa... harta melimpah dan berlebih itu hanya titipan Allah. Jika sewaktu2 yg punya mengambil titipannya saya kira wajar sekali... jangan marah! Biar titipannya ngendon lama di kita, jangan lupakan amanahnya untuk mengeluarkan sebagian buat sodara yg ngga mampu.

    Salam Sukses,
    ARIEF MAULANA.com - Support Your Success for a Better Life

    NB : Jangan jadi pebisnis! Check this out

    BalasHapus
  3. test.test..test tulis koment nich mas

    BalasHapus
  4. benr sekalii mas, dalam berselingkuh bisnis kita harus mengkokohkan bisnis utama kita, atau lebih baik mengkaitkan bisnis utama dengan bisnis cadangan..mungkin inilah yang sedang saya lakukan sekarang, bisnis offline saya alahamdulillah sudah berjalan dengan baik, dan sekarang lagi belajar berbisnis online, semoga teman-teman semua dapat membantu...

    salam sukses untuk semuanya

    BalasHapus
  5. Menyikapi mengenai Akhirnya Masa Kejayaan Itupun Runtuh Juga, maka itulah kita harus IKHLAS dan TAWAKAL dalam berbisnis. Jadi disaat di atas kita tidak sombong dan penuh antisipasi, untuk meminimalkan resiko di saat kita sedang di bawah.

    BalasHapus
  6. @ Dadang Firdaos
    Hmmmm....bahasa Mas Dadang ini tinggi banget ya. Saya jadi gak bisa respon nih. Bisa dikonkretkan lagi gak ya?

    @ Arief Maulana
    1.Mungkin dianggap ramalan sang pemulung, Mas. Makanya tidak terlalu digubris.

    2.Itulah repotnya, terkadang kita sangat siap untuk memiliki segalanya tapi tidak pernah siap saat tidak memilikinya. Alias Mau enaknya doang.

    3.Ya, itu yang saya suka. Sayangnya masyarakat di sini sudah lupa dengan hal itu. Berlomba membangun istana duniawi, sampai istana akhirat lupa gak keurus.

    @ Yanuar
    Senang saya mendengarnya, Mas Yanuar. Semoga semakin lancar dan profit aja ya bisnis cafenya.
    Untuk bisnis online-nya, mari kita sama-sama saling membantu, saling berbagi, dan saling mengingatkan.

    @ Sumartono
    Ya, Mas! tepat sekali dengan yang saya maksud. makanya itu selingkuh bisnis ini saya imbaukan sebagai bentuk ANTISIPASI.
    Andai saja kemarin sewaktu harga karet di puncak kejayaan, masyarakat disini mulai berpikir tentang berselingkuh bisnis, hmmm...tentunya tidak akan terlalu shock dengan keadaan sekarang. Tapi saya...semua sudah berlalu.

    Salam Istimewa!

    BalasHapus
  7. Iya mas, smakin beragam selingkuhan bisnis, semakin kokoh kita menghadapi tsunami yg datang menerjang itu...
    Tp memang, perlu persiapan, dlm hal apapun d perlukan pondasi yg kuat: mentalitas, kecerdasan dan kebijaksanaan

    BalasHapus
  8. sebetulnya jatuh bangun nya kerajan bisnis itu sudah biasa, sejarah menceritakan hal itu ... maka untuk keamanan dibutuhkan diversifikasi seperti Reksadana adalah salah satu pilihan jika investasi yang aman. hanya kadang orang tidak memiliki perhitungan yang matang sehingga diversifikasi malah memecah perhatihan sehingga tidak menghasilkan yang mantab.
    salam sukses luar biasa.

    BalasHapus
  9. Bagaimana kalau bisnis selingkuhannya di nikah aja sekalian. Artinya, bisnis utama bukan hanya bertugas memasok dana untuk bisnis tambahannya, tapi juga mendukung perkembangan bisnis tambahan itu. Dan tentunya bisnis tambahan itu juga mempunyai peran dalam mendukung bisnis utama. Jadi antara bisnis utama dan bisnis tambahan akan saling mendukung dan memasok, sehingga akan bisa memperkuat semua bisnis yang kita jalankan. Teori sih pak.... saya juga lagi merasakan berat banget dengan beberapa kegiatan yang sedang saya jalankan, padahal masing-masing saling berhubungan kebutuhan dan saling mendukung.... haaaah... mungkin memang dunia sudah semakin tua yah pak...

    BalasHapus
  10. benang merah yang saya simak dari artikel ini (1&2) adalah :
    1. ketika bisnis anda mengalami kemajuan, jangan lupa diri.
    2. perkokoh bisnis yang anda jalankan sekarang
    3. Selagi bisnis berkembang, sisipkan modal, fikiran dan tenaga anda untuk membangun bisnis lain. sebagai pengembangan dan pendukung bisnis anda dikemudian hari

    ini sikap2 dasar yang mesti kita miliki dalam melakoni bisnis. Luar biasa mas umar. ilustrasi selingkuh ini makin membuat saya jadi pengen selingkuh terus nih...

    Fadly Muin = Blog Motivasi Mental =

    BalasHapus
  11. Diversifikasi usaha. Itulah point yang saya ambil dari pentingnya selingkuh dalam bisnis pada artikel diatas.

    Saya setuju dengan kutipan mas umar bahwa tidak semua usaha bisa berdiri kokoh selamanya. Itulah pentingnya usaha lain yang berfungsi untuk saling menopang bila salah satu usaha sedang goyah.

    Sebenarnya strategi ini sangat umum digunakan oleh pengusaha" profesional. Tujuan utama adalah untuk mengantisipasi adanya hal' yang tidak diinginkan atas usaha merek dan selain itu melipatgandakan aset melalui beberapa jenis usaha.

    Artikel yang menarik mas dan terimakasih atas trackbacknya.

    Keep Spirit

    Ricky
    Thebussiness Man

    BalasHapus
  12. gambaran di atas sekarang juga terjadi di Jepara. Dan banyak exporter yang lari ke luar jepara seperti klaten, yogya dan soloakibat menyepelekan exporter pada saat jaya dari krisis moneter 1998. Menyepelkan dalam arti kurang menghargai, kadang kasarsehingga membuat para bule tidak nyaman lagi di sana

    BalasHapus
  13. @ Gubrik
    Ya Mas Gubrik. Kita sepakat soal ini.

    @ Endro S.
    Benar sekali Mas Endro, saya juga sepakat dengan argumen anda.

    @ Madhysta
    Sepertinya ide Mas Sumadi ini boleh juga. Mengawinkan dua bisnis agaknya cukup menarik. Namun begitu, pastinya dimulai dengan selingkuh dulu, kan? hehehe...

    @ Fadly Muin
    Wah, tepat sekali apa yang Mas Fadly sarikan dari artikel ini. Saya doakan mudah-mudahan niat selingkuhnya kesampain, ya Mas!

    @ Ricky
    Yups, bener banget Mas Ricky. Diversifikasi Usaha merupakan salah satu poin yang saya tekankan dalam artikel ini.
    Strategi ini memang sangat jamak dilakukan oleh pebisnis profesonal. Untuk yang lemum profesional, biasanya masih ragu-ragu, bahkan lupa.

    @ Zamahsari
    Hmmmm...ternyata perilaku para ekspoter hampir sama ya di mana-mana. Btw, mudah-mudahan kedepannya semakin cerdas dan profesional saja. Amin.

    Salam Istimewa!

    BalasHapus
  14. Trik bisnis itu beragam yang Pak Guru ... mungkin nanti bisa di-posting berbagai bisnis yang dijalani oleh para guru ... saya pikir itu merupakan topic yang cukup menarik ...
    tidak semua gru berpenghasilan cukup, mungkin asa yang pas-pasan bahkan kurang ..

    sekedar masukan ...
    Salam sehat

    BalasHapus
  15. pa umar sehatkan, gimana kbrnya sohib
    -----------
    maksud komentar saya di atas, semua harus sarat dengan penuh keikhlasan

    BalasHapus
  16. antara ngerti dan nggak ngerti neh.. bahasa pak guru terlalu alot untuk dicerna

    BalasHapus
  17. Wah Mas Guru, ralat dikit ya setu Gintung jebol akhir maret 2009, termasuk 2 teman kerja saya, tapi yang jadi bahan renungan adalah para punggawa yang di atas sekarang lagi berantem main salah salahan siapa yang bertanggung jawab atas jebolnya tanggul, yang jelas korbannya rakyat kecil bukan punggawa, maaf melenceng dari tema, salam sukses mas Guru

    BalasHapus
  18. Kembali salam sehat semua dari blog sehat...

    Maaf agak menyimpang dari pembahasan :-)

    BalasHapus
  19. Itulah namanya bisnis, penghasilan ngga tetap alias pasang surut. Namun semua itu kita kembalikan pada yang di Atas, semua yang terjadi adalah yang terbaik untuk kita meski kita berpikir itu adalah suatu yang tidak baik....semua pasti ada hikmah yang bisa diresapi.

    Saya jadi teringat oleh kata teman saya yang berprofesi sebagai PNS : "Ada yang tetap kok nyari yang nggak tetap...".

    Dari kata teman saya tersebut, saya menilai pak guru meskipun berprofesi sebagai PNS, namun jiwa bisnis tetap dahsyat seperti slogan pak tung...he...he...he..

    Udah gabung blom mas? Klo belum gabung disini yuk : http://handokotantra.com/tdw.htm

    Salam Sukses.

    BalasHapus
  20. @ Teten
    Terimakasih masukannya Mas. Insya allah, topik itu akan diangkat juga dalam artikel berikutnya. Ditunggu aja, oke!

    @ Dadang Firdaos
    Alhamdulillah saya sehat walafiat Mas. Terimakasih juga ya, atas penjelasannya.

    @ Mas Hengky
    Ah, Mas hengky ini bisa aja kalau merendah. Terimakasih kritikannya.

    @ BBM
    Terimakasih ralatnya Mas Muklis.
    Mengenai para pejabat yang saling menyalahkan itu sepertinya sudah tradisi di negeri ini Mas.

    @ Handoko Tantra
    Apa yang anda ungkapkan itu bisa disebut resiko bisnis jika melihatnya dari sudut pandang itu. namun pada sudut pandang yang lain, hal itu bisa dianggap sebagai tantangan bagi pebisnis.

    Terimakasih penawaran gabung di TDW, kebetulan saya sudah gabung kemarin.

    Salam Istimewa!

    BalasHapus