Seringkali, orang tua menomorsatukan anak dalam hal pelayanan. Segala kebutuhan anak selalu dipenuhi bagaimana pun caranya. Kehadiran anak dijadikan mitos sebagai pembawa rezeki dan kebahagiaan dalam keluarga. Orangtua menaruh harapan-harapan kepada anak-anaknya agar mereka memberikan kebanggaan dan kebahagiaan. Banyak orang tua berharap anak-anaknya dapat hidup lebih baik dari diri mereka secara moril dan materil sehingga tidak jarang orangtua menjadikan anak-anaknya sebagai aset keluarga. Orangtua yang terlalu berharap berlebihan kepada anaknya sesungguhnya justru membebani hidup anak itu sendiri. Sebab anak akan merasa terpasung dalam menentukan sikap sesuai dengan keinginannya (niat dan bakatnya).
Atas hal itu, orangtua pun mempunyai cara-cara tersendiri dalam merawat, menjaga, dan mendidik anak-anak mereka. Demi mencapai harapan-harapan mereka, seringkali cara mendidik yang dilakukan orangtua kurang tepat. Masalah utamanya karena orangtua kurang memiliki pengetahuan dan wawasan yang memadai dalam mendidik putera puterinya.
Ada tipe orangtua yang karena rasa sayangnya yang begitu besar pada sang anak, bersikap lunak dengan memperturutkan semua keinginannya. Mereka tidak tega untuk mengatakan 'tidak' pada anak. Akibatnya, anak terbiasa tanpa kesulitan atau hambatan apapun untuk mendapatkan keinginannya. Hal itu membuat pribadi mereka menjadi rapuh dan tidak tahan uji. Walaupun sebenarnya orang tua tahu bahwa hidup itu penuh ujian dan masalah tapi tetap saja memanjakan anak-anaknya secara berlebihan. Padahal keterampilan dalam menghadapi masalah dan ujian itulah yang sebenarnya perlu ditanamkan kepada anak sejak mereka masih kecil. Agar kelak mereka mampu menghadapi masalah dan ujian yang lebih besar lagi.
Mengikuti tips dari Mas Ricky mengenai Efek Parasit Dalam Bisnis Internet, beberapa waktu yang lalu saya membaca ebook mengenai biografi orang-orang yang sukses dalam hidup seperti KH. Abdullah Gymnastiar, Ciputra, Puspo Wardoyo, Bill Gates, dll. Dari situ saya dapat mengambil satu benang merah bahwa sejak kecil mereka dididik dan dibiasakan oleh orangtuanya untuk bersikap mandiri. Mereka sudah terbiasa merasakan susahnya hidup, menghargai uang, dan menghargai waktu sejak kecil. Tidak jarang mereka diajak orangtuanya untuk membantu berjualan di toko keluarga, merawat tanaman di kebun, atau menjajakan kue keliling kampung. Walaupun kebanyakan orang tua mereka tidak berpendidikan formal, namun mereka tahu bagaimana cara mendidik anak-anaknya di rumah. Hal itu sangat berbeda dengan zaman sekarang yang rata-rata orangtua berpendidikan tinggi namun seringkali salah dalam mendidik anak-anaknya di rumah. Hingga, tidak jarang anak sekarang masih sangat tergantung dengan orang tuanya saat ia sudah dewasa bahkan sudah menikah sekalipun.
Salam Istimewa!
Betul sekali mas, masih banyak orang tua yang salah kaprah menilai bahwa dengan memanjakan anak-anak mereka. Berarti mereka merasa telah memberikan curahan kasih sayang yang begitu besar. padahal sebetulnya mereka mendidik jiwa anak untuk menjadi rapuh.
BalasHapusNice posting. Makasih sharingnya.
BalasHapusSalam kenal.
karena memang setiap anak ada rejekinya....
BalasHapus-----
berikan tantangan terhadap anak, berikan penjelasan untuk setiap keputusan...
-----
saya masih inget dengan keinginan saya untuk anak saya :
jika punya anak laki2 berikan dia keahlian...
jika punya anak perempuan berikan dia tempat tinggal...
-----
salam sukses untuk guru....
ditunggu puisi selanjutnya di belajar puisi
@ Kangasep
BalasHapusMemberikan kasih sayang pada anak memang penting, tapi bukan dengan cara memanjakannya. Tapi berikan tanggung jawab dan reward.
@ Riswanto
Terimakasih kunjungannya.
Salam kenal balik.
@ Dadang Firdaos
Anak adalah rejeki, semakin banyak anak semakin banyak rejeki. Hmmm...semboyan bagus namun mengalami degradasi makna.
Alasan atas setiap keputusan memang baik mas. Agar anak lebih menghargai apa yang ia lakukan.
Salam Istimewa!
Mempunyai anak lebih dari satu saya kira juga pilihan yang baik agar anak lebih mandiri karena orang tua biasanya membagi kasih sayang dengan saudaranya. Akibatnya dalam hal tertentu anak akan terpaksa kreatif karena sekarang tidak semua bisa diurus oleh orang tua.. hehe.. cara yang kolot ya..
BalasHapusSaya belum mempunyai anak mas, tapi sering mendengar memang pendidikan yang paling baik adalah dengan tidak memanjakan anak. Terimakasih tipsnya ya, suatu saat akan saya ingat.
BalasHapussalam,
Tak kusangka, walaupun mas umar masih lajang, tapi memperhatikan yang satu ini. Memang benar, boleh saja kita memanjakan anak. Namun juga harus melatih untuk memberinya tanggung jawab. Dari yang kecil dulu seperti artikel di atas. Tapi disisi lain demi kebaikan pertumbuhan mental anak, jangan segan-segan kita memujinya jika memang dia berbuat baik atau berprestasi baik.
BalasHapusNice info mas, dan terima kasih sudah mengingatkan. Salam, Marhaban Ya Ramadhan.
@ Zams
BalasHapusCara yang kolot tapi dilihat dari sudut yang positif. Hmm...boleh juga. Bukan karena keterpaksaan atau keharusan tapi karena keadaan.
@ Ricky
Terimakasih kembali untuk Mas Ricky. Semoga saat hari itu tiba masih ingat.
@ Sumartono
Sebagaimana respon saya untuk Kangasep. Tanggung jawab dan reward menjadi kombinasi yang baik (tdk selalu) untuk memberikan pendidikan kemandirian kepada anak.
Salam Istimewa!
SAlam PAk guru...nice posting...Masukkan yang berharga sekali unuk kami-kami ini anak muda yang belum berkeluarga...Terimakasih Pak guru...oia nantikan perlunya bermimpi versi 2.0 wkwkwkwk salam hormat pakguru...salam sukses
BalasHapusBetul, mas..
BalasHapusbagaimana kita mendidik anak, akan sangat berpengaruh pada masa depan si anak itu nantinya..
Jadi sebaiknya orang tua berhati-hati dalam mendidik anak..
Dan walaupun tidak baik memanjakan anak, tidak baik juga memperlakukan anak dengan kasar.. Mendidik anak tidak sama dengan melatih gajah. Saya sering membaca kasus2 hipnoterapi dimana banyak perlakuan kasar orangtua terhadap anak, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, ternyata menimbulkan semacam "program negatif" dalam pikiran bawah sadarnya, dan akan terus ada sampai puluhan tahun kemudian, yang menjadi penghambat hidup si anak kelak..
Intinya, ambil jalan tengah saja..Jangan memanjakan dan jangan berlaku kasar..
begitu pendapat saya :)
setuju mas dengan substansi artikel ini. memanjakan dan ataupu memproteksi anak secara berlebihan akan memberi efek negatif terhadap perkembangan sosialnya.
BalasHapustapi ngomong2 pemikiran mas Umar sudah matang bgt tentang anak, kapan dong di cari calon mamanya anak2?? wakakakaka........ :)mumupung bulan puasa mas he he he
Memang,,,,
BalasHapusjika berlebihan memanjakan anak tidak baik,
tapi jika memberikan kenyamanan untuk si buah hati kita sangat baik.
Berikan kenyamanan secara bijaksana. Jangan berlebihan!
Hapusgak keliataan bang tulisannya
BalasHapus