Pertanyaan yang terdengar simpel, tapi cukup sulit juga buat saya untuk menjawabnya. Betapa tidak, sebagai guru, saya memiliki tanggung jawab besar untuk turut membangun sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan tanpa terbebani pamrih materi atau sejenisnya. Di sisi lain, naluri bisnis yang telah sekian lama bersemayam pada dari saya seolah terus-menerus bergelora. Mengobok-obok otak dan menarik-narik tubuh saya untuk terus menjalankan aktifitas bisnis. Sedangkan bisnis itu sendiri sarat dengan muatan materi. Mengeruk keuntungan materi sebesar-besarnya dengan modal seminimal mungkin adalah prinsip umum dalam bisnis. Tentu ini merupakan sebuah paradoks yang agaknya dilematis buat saya.
Tapi apa mau dikata, memaksakan diri untuk fokus pada satu bidang justru membuat batin saya sakit. Guru adalah profesi yang begitu saya cintai saat ini. Walaupun awalnya sempat merasa tersesat ke jalur ini --karena cita-cita saya sejak kecil adalah jadi arsitek-- tapi alhamdulillah akhirnya sekarang bisa menerima bahkan menikmati profesi ini. Saya merasa hari-hari dalam hidup ini menjadi begitu berwarna saat berkumpul bersama anak-anak didik saya. Mengajar, bergaul, dan bercanda bersama mereka adalah cerita hidup yang indah dan menyenangkan. Menangani kebandelan-kebandelan mereka justru membuat saya semakin matang dan dewasa sebagai manusia.
Sedangkan dunia bisnis bukanlah barang baru dalam kehidupan saya. Sejak SMA, disaat teman-teman lain asyik dimanjakan dengan uang subsidi orangtuanya, saya sudah mulai berani berspekulasi menjalankan bisnis. Ruang dan waktu yang membatasi saya saat itu tak sedikitpun menyurutkan nyali untuk menekuni bisnis. Bisnis buku pelajaran adalah bisnis yang sempat saya jalankan saat saya masih SMA. Tak tanggung-tanggung modal Rp 500.000,- hasil menyisihkan uang jajan dari orangtua bisa saya putar hingga menghasilkan omset bersih Rp 2.000.000,- sebuah nominal yang cukup fantastis untuk anak seusia saya saat itu. Begitupula saat menjalani masa-masa kuliah, aktivitas bisnis tetap mewarnai hidup saya. Walaupun tidak terjun langsung ke dalam bisnis praktis, tapi hasrat dan motivasinya tetap sama yaitu ingin mendapatkan uang dari usaha sendiri. Maka tenggelamlah saya ke dalam bidang kuliner selain berkuliah. Saat itu saya bekerja sebagai waiter hingga menempati posisi sebagai kasir di sebuah restoran cepat saji dengan produk makanan ala Jepang.
Dan sekarang, saat profesi guru bahkan status PNS sudah melekat pada diri saya, rupanya naluri bisnis ini tetap menyala, bahkan semakin berkobar-kobar. Bukan lantaran semata-mata gaji Guru/PNS itu kecil lalu saya mencari penghasilan lebih di luar jalur itu. Tapi sekali lagi saya katakan bahwa memilih fokus pada salah satunya hanya membuat jiwa saya seolah terpasung. Saya takut nanti malah sakit jiwa hanya gara-gara memendam rasa. Maka tidak perlu heran jika akhirnya hidup saya saat ini ibarat berjalan di dua rel yang berbeda. Namun bukan berarti saya lantas mengorbankan kualitas. Saya tetap menjaga dengan sebaik-baiknya agar keduanya saling support dan sama-sama berkualitas. Bagaimana dengan Anda?
Salam Istimewa!
Dari kasus Mas Umar, solusi bijaksananya PNS tetap dipertahankan. Dan untuk mengakomodasi keinginan yang menghentak-hentak jadi pebisnis, mengapa harus dikekang?
BalasHapusKerja guru kan tidak memakan waktu 12 jam. Saya yakin Mas Umar masih punya waktu luang untuk menyalurkan hobi, bakat dan minat bisnisnya. Karena di luar Mas Umar, tidak sedikit guru yang sukses sambil berbisnis.
Salam spektakuler !
Ya mas sum, jam kerja guru paling banter 4 jam, itupun tidak sminggu full, jd msh bnyk waktu untk berbisnis.
BalasHapusThanks supportnya, smog sy bisa sederet dg mereka2 yg sdh sukses sebelumnya.
Sepertinya, posting ini adalah curahan hati mas Umar dari lubuk yang terdalam. Hehehe...
BalasHapusmenrt sy ms, bisa ke2nya dijalankan. Apalagi bener kata ms, paling banter hanya 4 jam sj. Kebetulan sy dl jg pernah jadi guru ms. Kalo skrngpun sprti sy,ya hrs bagi2 waktu jg. Yg penting tetep bs managemen diri mas Umar. Smoga bisnis dan gurunya tambah sukses.
BalasHapustinggal management waktu aja mas :) sayang kalau dunia bisnis hrus dtinggalin...
BalasHapus@ Agus Siswoyo
BalasHapusHehe...tau aja sih, jadi malu ah...
@ Arkum
Menjalankan keduanya adalah pilihan terbaik bagi saya saat ini. Mudah-mudahan semua lancar dan tidak kacau.
@ Ardy Pratama
Hehe...betul juga Mas. Dunia bisnis ternyata mengasyikkan juga. Apalagi kalo pas untung besar.
salahsatu blogger amphibi rupanya..hehe..
BalasHapusKalo Menurut saya, menjalani kedua profesi itu sekaligus juga pilihan yg baik... :)
BalasHapusJadi guru ataupun pebisnis, kita lihat dulu orientasinya dalam rangka apa.
BalasHapusSeorang guru honorer mungkin gajinya tidak seberapa. Tapi ada pahala yang melimpah dari pengajaran yang dilakukan. Bukan hanya untuk guru agama. Guru mata pelajaran lainnya pun memberikan andil yang besar dalam perjalannan bangasa.
Sebaliknya, pebisnis yang baik harus bisa melakukan transfer ilmu pengetahuan (knowledge) kepada masyarakat sekitar. Jadi bukan hanya profit oriented melulu.
@ Pasutrisatu
BalasHapusHehe....begtulah mas.
@ Wellsen
Terimakasih argumennya, Mas!
@ Agus Siswoyo
Mantaps...selalu ada komeng babak kedua. Kebiasaan pakai pertamax, ya Mas? hehe...
Btw, saya sepakat dengan argumennya, Mas. Orientasi memang menjadi salah satu faktor penentu baik atau tidaknya sebuah pilihan. Dan mudah-mudahan pilihan ini adalah yang terbaik buat saya. Thanks..
Wah Saya jadi guru untuk keluarga aja, habis susah mau jadi PNS .. he2x... kalau jadi pebisnis sudah pasti itu ...
BalasHapus@Teten:
BalasHapuswah... bagus itu mas.
Walaupun hnya jd guru di keluarga, msh bnyk jg orng tua yg tdk memiliki waktu untk meluangknnya.
Pdahal kombinasi dan sinkronisasi antara pndidikan di sekolah dan di rumah itulah pndidikan yg baik untk anak.
Kalau yang ini komeng babak ketiga. Hahaha...
BalasHapusJust say hello aja.
Komeng kedua Mas Umar, semoga semakin dahsyat dalam meniti karier!
BalasHapusSebuah profesi memang wajib di jalankan dengan sepenuh hati sehingga hasilnyapun bikin tenteram hati, sebaliknya bisnis pun perlu di beri ruang untuk seseutu yang judulnya uang, dan semua itu tidak boleh di perlakukan sembarang atau nanti mata malah berkunang kunang, he...he...kaya pantun. Met sore mas sebuah usaha yang patut di acungi jempol mas, riwyat hampir sama cuma tempat yang berbeda, sukses selalu untuk Mas Guru. Main ke Muklis.com mas, di tunggu ya
BalasHapusIni sebuah info dari BBM, semoga article ini bisa masih berkaitan dengan isi blog ini, salam sukses Mas Guru
BalasHapus@ Agus Siswoyo
BalasHapusHahaha...ditunggu babak keempatnya.
Hellooo juga Mas.
@ Sumartono
Amiinnn...do'a dan dukungan Mas Sum sangat berarti bagi saya.
@ Muklis
Hehe...pantunnya boleh juga tuh. Pasti mikirnya lama buat ngpost.Mantaps!
Cerita hidup kita memang hampir sama Mas. Mudah2an ini dapat menjadi pelajaran hidup untuk anak-anak kita (ups..aku belum punya anak ding!hehe...)
Segera meluncur ke BBM ahhh...
kembali kepada diri masing-masing. dan akan mempertanyakan diri sendiri. sejauh mana dan seberapa besar keinginan itu di bayar dengan jerih payah yang menyenangkan.. :D
BalasHapushebat mas berjalan di dua rel yang berbeda dan berlabuh di rel yang sama.. sukses terus yaa
BalasHapus@ Fadly Muin
BalasHapusTepat sekali Mas. Setiap jerih payah pasti akan membuahkan hasil. Walaupun terkadang, hasilnya kurang memuaskan.
@ Arief Rizky Ramadhan
Belum bisa dikatakan hebat mas, ini masih berproses...
Tentu hasil yang terbaiklah yang saya harapkan. Thanks supportnya.
mantap mas tulisannya, seolah menyindir aktivitas saya saat ini...:-)
BalasHapussaya juga guru seperti Mas, dan juga mencoba berbagai bisnis dengan alasan klise: menambah pundi penghasilan oleh karena gaji bulanan sudah 'tersunat' angsuran ke bank he he
meski demikian, kualitas pengajaran dan pendidikan tentuya tidak boleh diabaikan karena menjadi guru bukan hanya profit oriented karena ada gaji bulanan tapi lebih dari itu adalah pengabdian dan dedikasi kita untuk kehidupan.
:-)
wah semangat dan kemauan yg gigih
BalasHapusperlu ditiru
salam
pilih dua2nya, mas. jadi guru sekaligus pebisnis. kalau dua2nya bisa berjalan bagus, kenapa ndak? model bisnis sekarang kan bisa juga dikendalikan secara online, haks. *kok jadi sok tahu saya*
BalasHapusjalan dua-duanya aja mas.
BalasHapuskalau perlu ntar mobilnya lebih canggih dari kepala sekolah, hahaha...
Ntar kalau ditanya, kok bisa? Bisnis dong!
Pasti nampak lebih berwibawa
Lama tidak update Mas Umar? :)
BalasHapusmenjadi guru itu adalah sebuah pengabdian, mencari uangnya di luar lingkungan sekolah/pendidikan..
BalasHapusSaya Berminat Kedua2nya..Bisnis untuk silaturahiim sesamanya...Pendidikan juga berati bagi kehidupan manusia yang ingin befikiran maju dan sukses.
BalasHapusSalam kenal dari saya Pak Umar
Ronaldo Rozalino S.Sn
Guru SMAN Pintar Kuansing Riau
Kunjungi Blog Pribadi saya Pak
http://ronaldorozalino.blogspot.com
Jujur saya sendiri menginginkan jadi seorang pembisnis tapi kalau seandainya sudah ditakdirkan menjadi seorang guru maka saya tetap berusaha untuk membuka usaha sendiri. Thanks informasinya sangat menarik sekali hehe
BalasHapusDalam hidup memang perlu yang namanya pilihan tapi jika memang ada kesempatan menjadi seorang guru dan juga pembisnis mengapa tidak? Malah akan menambah pemasukan kita. yang terpenting adalah menyesuaikan waktu nya saja
BalasHapus