Kamis, 13 Agustus 2009

Buat Apa Sekolah?

Seorang ibu berkata pada anaknya" Nak kalau sudah besar kamu harus jadi pegawai negeri sipil (PNS) biar hidupmu tidak susah, jangan meniru bapak dan ibumu yang tiap hari harus jualan sayur kepasar, biar bapak dan ibu saja yang bodoh dan susah cari uang liat tetangga kita itu sekolahannya tinggi coba lihat hidupnya enak kamu harus mencontoh dia" . Sementara di lain pihak seorang ibu berkata " Buat apa sekolah tinggi-tinggi ? dokter sudah ada, menteri sudah ada, guru banyak, presiden sudah ada, mendingan uang sekolahmu dibelikan sapi biar beranak-pinak lebih jelas hasilnya dari pada harus dibayarkan untuk sekolah, coba lihat si lukman itu sekolah jauh-jauh tapi setelah selesai nganggur dan akhirnya sekarang jadi sopir angkutan.." !

Sadar atau tidak, ditingkatan masyarakat opini yang terbangun mengenai dunia pendidikan (sekolah) seperti yang diilustrasikan diatas. Masyarakat menilai bahwa salah satu alat keberhasilan seseorang bersekolah adalah sejauh mana dia mampu membawa dirinya pada status sosial yang tinggi di masyarakat indikasinya adalah apakah seseorang itu bekerja dengan berpenampilan elegan (berdasi, pake sepatu mengkilap, dan membawa tas kantor) atau tidak, dan apakah seseorang tersebut bisa kaya dengan pekerjaannya? Kalau seseorang yang telah menempuh jenjang pendidikan (SLTA, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3) lulus dan setelah itu menganggur maka dia telah gagal bersekolah. Hal semacam inilah yang sering ditemui di masyarakat kita.

Mencermati hal diatas, apakah memang praktik-praktik pendidikan yang selama ini dijalani ada kesalahan proses?, mengapa dunia pendidikan belum bisa memberikan pengaruh pencerahan di tingkatan masyarakat, lantas apa yang selama ini dilakukannya oleh dunia pendidikan kita? kalaupun yang diopinikan masyarakat itu adalah kesalahan berpikir, mengapa kualitas pendidikan di Indonesia tidak lebih baik dari negara lainnya, bukankah setiap hari upaya perbaikan pendidikan terus dilakukan mulai dari seminar sampai dengan pembuatan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional? Atau inilah yang dimaksud oleh Ivan Ilich bahwa "SEKOLAH itu lebih berbahaya daripada nuklir. Ia adalah candu! Bebaskan warga dari sekolah."

Jelasnya pendidikan (sekolah) bukanlah suatu proses untuk mempersiapkan manusia-manusia penghuni pabrik, berpenampilan elegan apalagi hanya sebatas regenerasi pegawai negeri sipil (PNS), tapi lebih pada upaya bagaimana memanusiakan manusia. Tentunya proses tersebut bukan hal yang sederhana butuh komitmen yang kuat dari setiap komponen pendidikan khususnya pemerintah bagaimana memposisikan pendidikan sebagai investasi jangka panjang dengan produk manusia-manusia masa depan yang hadal, kritis dan bertanggung jawab. Kalau dunia pendidikan hanya diposisikan sebagai pelengkap dunia industri maka bisa jadi manusia-manusia Indonesia kedepan adalah manusia yang kapitalistik, coba perhatikan menjelang masa-masa penerimaan siswa/mahasiswa tahun ajaran baru dipinggir jalan sering kita temukan mulai dari spanduk, baliho, liflet, brosur, pamlet dan stiker yang bertuliskan slogan yang kapitalistik seperti "Lulus dijamin langsung kerja, kalau tidak uang kembali 100%, adapula yang bertuliskan "sekolah hanya untuk bekerja, disini tempatnya" apalagi banyaknya sekolah-sekolah yang bergaya industri semakin memperparah citra dunia pendidikan yang cenderung lebih berorientasi pada pengakumulasian modal daripada pemenuhan kualitas pelayanan akademik yang diberikan.

Jadi, tidak mengherankan kalau di tingkatan masyarakat memandang dunia pendidikan (sekolah) sampai hari ini seperti layaknya sebagai institusi penyalur pegawai negeri sipil (PNS) indikasi dari pandangangan tersebut bisa dilihat bagaimana animo masyarakat yang cukup tinggi ketika pembukaan pendaftaran calon pegawai negeri sipil (CPNS) seolah-olah status/gelar akademik yang mereka capai (D1,D2,D3,S1,S2, dan S3) hanya cocok untuk kerja-kerja kantoran (PNS) hal inipun merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingkat pengangguran kaum terdidik setiap tahunnya bertambah sebab kesalahan motiv sekolah sebagai akibat dari prilaku sekolah yang kapitalistik akhirnya banyak melahirkan kaum terdidik yang bermentalitas "Gengsi gede-gedean"

Beberapa hal diatas setidaknya menjadi renungan bagi dunia pendidikan kita bahwa pendidikan bukanlah sesederhana dengan hanya mengumpulkan orang lantas diceramahi setelah itu pulang ke rumah mengerjakan tugas besoknya ke sekolah lagi sampai kelulusan dicapainya (sekolah berbasis jalan tol), kalau aktivitas sekolah hanya monoton semacam ini maka pilihan untuk bersekolah merupakan pilihan yang sangat merugikan akan tetapi kalau proses yang dijalankannya tidak seperti sekolah jalan tol maka pilihan untuk beinvestasi di dunia pendidikan dengan jalan menyekolahkan anak-anak kita merupakan pilihan yang sangat cerdas. Oleh sebab itu sudah saatnya dunia pendidikan kita mereformasi diri secara serius khususnya bagaimana pembelajaran di sekolah itu bisa dijalankan melalui prinsip penyadaran kritis sehingga melalui kekuatan kesadaran kritis bisa menganalisis, mengaitkan bahkan menyimpulkan bahwa persoalan kemiskinan, pengangguran, dan lainnya merupakan persoalan sistem bukan karena persoalan jenjang sekolah. Inilah yang seharusnya menjadi muatan penting untuk diinternalisasikan di setiap diri siswa.


So, lemaskan lagi alis anda, lepas kembali kerutan yang tegang sedari tadi di kening anda, karena saatnya kembali saya bertanya kepada anda:

Buat apa sekolah?

Ditata ulang dari: Artikel Pendidikan Network


Terimakasih dan Salam Istimewa!









16 komentar:

  1. Hmm..menurut saya dua-dua nya perlu dibenahi..
    Pertama-tama mengenai pendidikan di Indonesia tentu perlu pembenahan, bagaimana agar proses belajar mengajar di sekolah itu tidak hanya sekedar teori-teori tapi lebih menitikberatkan pada suatu praktek/aplikasi yang bisa diterapkan si anak ketika dia harus berhadapan dengan dunia nyata nanti..

    Lalu persepsi yang mengatakan sekolah tidak penting juga kurang tepat. Memang banyak orang sukses yang rekor akademisnya kurang baik, tapi bukan berarti mereka tidak sekolah sama sekali. Orang yang sama sekali tidak sekolah rasanya sulit untuk survive di zaman sekarang :)

    BalasHapus
  2. niatkan semua aktifitas adalah ibadah...
    insya Allah semuanya akan memunculkan dampak positif

    BalasHapus
  3. Ukuran maju untuk sekolah pada saat ini lebih pada output2nya yang mampu menduduki jabatan tinggi di bsrbagai level dan tidak salah sih.. tapi harus ada imbangan dari segi mental dan spiritual agar kalau menduduki jabatan tinggi tidak KKN... dan menurut saya tujuan sekolah agar ada bekal untuk menjalani hidup didunia dan bekal untuk hidup setelah di dunia

    BalasHapus
  4. @ Wellsen
    Saya sepakat dengan pendapat Anda Mas Wellsen. Poin pertama memang seharusnya begitu dan itu menjadi PR bagi para praktisi pendidikan.
    Untuk poin ke dua, memang ada yang perlu diluruskan mengenai hakikat sekolah yang sesungguhnya. Dan memang benar, tidak ada korelasi secara langsung antara pendidikan dengan kesuksesan seseorang. Namun demikian, pendidikan tetap menjadi prioritas, daripada kesuksesan itu sendiri. Oya, pendidikan sebenarnya tidak melulu harus di sekolah formal lho!

    @ Dadang Firdaos
    Amiinnn...

    @ Zam
    Ya Mas, hidup tanpa bekal seperti apa ya rasanya. Tapi sebaik-baik bekal sepertinya hanya ilmu deh yang paling baik.
    Agar sukses dunia akhirat, hmmm...tentu itu tujuan utamanya.

    Salam Istimewa!

    BalasHapus
  5. Setuju, mas..
    belajar itu bisa dari mana saja, bukan hanya sekolah formal..
    Terima kasih sudah memasang link saya..
    Link nya mas juga sudah saya pasang :)

    BalasHapus
  6. selamat malam pak guru...salam hormat..saya Alfred...
    menurut saya tujuan ke sekolah bukan untuk mencari kertas ijazah yang berisikan nilai-nilai yang nantinya dipakai untuk ngelamar pekerjaan (PNS misalnya). Namun tujuan utama senenarnya adalah untuk membentuk mental, akhlak dan pola pikir kita menjadi lebih sistematis. salam hormat...

    BalasHapus
  7. salut buat mas guru kita....
    saya rasa sekolah tetep perlu mas,kalo dibilang nggak perlu kok rasanya kurang pas.

    wah diatas yang komen berat2 kabuuur....

    BalasHapus
  8. buat apa sekolah?
    Ehm... buat menimba ilmu + mengasah softskill + memberi added value pada diri.

    Emang sulit. Tidak bisa dibiarkan pendidikan hanya berorientasi menyiapkan tenaga kerja pabrik. Kenapa? Modernisasi akan terus dilakukan demi menghemat operatioal cost perusahaan. Artinya tenaga kerja lebih sedikit.

    Makin ke depan, bisa2 makin banyak pengangguran. Yg dibutuhkan adalah mereka yg mampu menciptakan lap. kerja baru atau paling tidak bisa mencari pendapatan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain...

    Well suka tidak suka inilah corak pendidikan di tanah air kita. Jadi balik ke masing2 individu bagaimana upaya mereka bisa mendapatkan lebih daripada sekedar "pendidikan"

    BalasHapus
  9. saya sekolah hanya sebagai formalitas, haha

    BalasHapus
  10. @ Wellsen
    Terimakasih Mas Wellsen. Mudah-mudahan kita bisa lebih intens lagi silaturahminya. Saya suka dengan tulisan-tulisan Anda yang sangat bermutu itu.

    @ Alfred
    Betul sekali Mas. Untuk itulah tulisan ini sekaligus hendak meluruskan persepsi masyarakat mengenai esensi pendidikan yang sebenarnya. Mudah-mudahan bisa dipahami bersama.

    @ Candradot.com
    Ya Mas Candra, sekolah tetap perlu. Bahkan mungkin bisa menjadi prioritas dalam hidup dibandingkan yang lain. hanya saja tujuan dari sekolah itu sendiri yang perlu diluruskan agar tidak terjebak pada sarana untuk memperoleh ijazah saja yang ujung-ujungnya untuk mencari kerja.

    @ Arief Maulana
    Analisa yang sangat bagus Mas Arief. Jika orientasi pendidikan hanya untuk mencari kerja jelas lambat-laun pengangguran akan semakin banyak Karena lapangan kerja yang ada tidak sebanding dengan jumlah lulusan sekolah yang lahir setiap tahun.
    Mudah-mudahan tiap individu pelajar Indonesia semakin tertanam jiwa entrepreneurnya, salah satunya adalah dibidang bisnis internet.

    @ Reza Fauzi
    Formalitas ya, Mas? formalitas untuk/demi apa?

    Salam Istimewa!

    BalasHapus
  11. Wacana yang perlu dirubah dari sistem pendidikan negara ini adalah pembentukan pola pikir bahwa sekolah tinggi agar dapat "bekerja" dengan mapan.

    Tidak ada yang salah dengan cara pandang itu,

    Tapi mungkin lebih baik jika seorang pengajar mulai memberi pengarahan, bersekolah tinggi agar "kesempatan mencari uang" akan lebih terbuka. Dengan menggunakan kata-kata itu mungkin seorang siswa bisa mengorientasiikan secara luas tujuan dari sekolah.
    Nice post mas,

    salam sucsess

    BalasHapus
  12. Salam hormat pak guru, saya ALfred lagi nieh...blm ada postingan terbaru lagi nieh???hehehe Bagaimana kabar 17 agustus.an di tempat pak guru???ramaikah??Kalau di tempat saya di kota Denpasar Bali justru sepi. Malah di desa yang rame. Salam hormat pak guru, kalau boleh saya minta ijin tukeran link ya, link pak guru udah saya pasang. terimakasih banyak

    BalasHapus
  13. Jadi ingat apa yang pernah disampaikan dalam bukunya Robert Kiyosaki. Sukses bung!

    BalasHapus
  14. Salam Istimewa mas Guru, menanggapi hal di atas, memang benar banyak dari masyarakat kita masih beranggapan demikian, sekolah hanya untuk menaikan taraf hidup atau malah ilmunya untuk mengakali yang ga tahu, itu sudah merjalela di negeri kita mas guru, untuk itu negara ini memang benar benar perlu dokter untuk mengobati penyakit yang benra benar bisa menuntaskan ke akar akarnya, bukan hanya sekolah di formal tapi dalam kehidupan sehari hari itu juga sekolah yang perlu di tindaklanjuti, memanusiakan manusia istilah yang sangat tepat mas, dengan harapan semua instansi ga cuma pendidikan, guru dan sekolahan, wali murid yang berperan justru para pemimpinlah yang harusnya berperan aktif dengan memberikan contoh dan tauladan yang baik terhadap masyarakat di negara kita tercinta ini, bukan hanya mencari tambal atas modal yang telah di keluarkan untuk mencapai posisi tertentu, semoga harapan ini bisa terealisasikan kedepannya, amin salam istimewa yang paling istimewa mas, salam sukses selalu dan semoga selalu sehat tentunya, amin

    BalasHapus
  15. @ Ricky
    Masukan yang sangat bagus Mas Ricky. Setelah saya pikir-pikir, apa yang Anda usulkan itu masuk akal juga. Dan saya yakin bisa memotivasi siswa.

    @ Alfred
    Terimakasih kunjungan ke sekian kalinya Mas Alfred. Posting terbaru akan segera terbit. Siap-siap saja yah!
    Linknya sudah saya pasang tuh, link balik ya!

    @ 2ss
    Terimakasih kunjungannya Bung. Salam sukses juga!

    @ Muklis Purwanto
    Memang mengubah cara pandang (mindset) itu tidak selalu mudah Mas. Butuh ketelatenan, dan kesabaran. Apalagi cara pandang yang salah dan mengakar. Tapi kita tidak boleh putus asa, selama masih ada kesempatan mari kita benahi kesalahan yang ada ini. Setidaknya untuk diri kita dan keluarga kita.

    Salam Istimewa!

    BalasHapus
  16. bener inget robert kiyosaki nih.. jadinya

    BalasHapus